Saturday, April 29, 2006

Kegelisahan dan Kritisisme seorang Dedy Nur Hidayat atas Media

Teori media yang berkembang sekarang menjadikan media tidak lagi menjadi fokus yang utama. Kita tidak bisa mempelajari media sebagai suatu fenomena terisolir dalam konteks sosial budaya. Teori tentang media harus menjadi bagian teori yang lebih besar. Media merupakan salah satu elemen dari konfigurasi yang lebih besar. Media ada dalam triangulasi hubungan antara negara, pasar, dan civil society. Media menjadi komponen yang menjembatani hubungan segitiga itu, tapi media harus juga dilihat ujud kepentingan sendiri.

Hubungan triangulasi bisa juga diterapkan pada masa sebelumnya, tapi pada masa reformasi perimbangannya sudah berubah. Dulu hubungan itu sangat didominasi oleh negara, sekarang pasar yang lebih dominan. Civil society sekalipun sudah menonjol perannya, tapi masih belum cukup "dewasa" dan masih banyak diintervensi dan dapat dengan mudah dimanfaatkan. Banyak kelompok swadaya masyarakat hanyalah perpanjangan tangan kepentingan sosial politik atau kekuasaan. Contoh paling gamblang, ada demonstran yang dibayar. Kalau orang tidak tahu, itu dianggap sebagai penguatan civil society, padahal tidak.

Kebebasan pers tidak bisa dilihat terpisah dari kebebasan publik untuk menyampaikan pendapat. Kebebasan pers bukan hanya kebebasan orang pers untuk menyampaikan pendapat. Dominasi modal dalam industri pers merugikan publik yang tidak punya akses sebagaimana yang seharusnya dimiliki. Juga jurnalis akan dirugikan, lama- kelamaan mereka lebih banyak menempatkan diri sebagai buruh media—sekalipun tidak banyak jurnalis yang disebut sebagai buruh media.

Baca artikel lain di http://ekawenats.blogspot.com

No comments:

 This blog migrated to https://www.mediologi.id. just click here