Wednesday, October 08, 2008

Ekonomi dan Tata Kelola Media Massa

Denis McQuail dalam bukunya melihat bahwa perkembangan media massa modern menempatkan media tidak lagi dipahami dalam konteks sebagai institusi sosial dan politik belaka melainkan juga harus dilihat dalam konteks institusi ekonomi. Fakta menunjukkan bahwa media telah tumbuh bukan saja sebagai alat sosial, politik dan budaya tapi juga sebagai perusahaan yang menekankan keuntungan ekonomi. Inilah yang dimaksudkan bahwa media mempunyai dwi karakter yang tak terpisahkan: karakter sosial-budaya-politik dan karakter ekonomi.
Faktor ekonomi rupanya menjadi faktor penentu dalam mempengaruhi seluruh perilaku media massa modern. Faktor pasar bebas dalam seluruh proses komunikasi massa memberikan kontribusi yang tidak sedikit dalam membentuk faktor persaingan dan tuntutan ekonomi menjadi pertimbangan bagaimana media massa kontemporer dibentuk dan dikelola. Dalam bagian ini, McQuail membicarakan beberapa kata kunci utama dalam usaha memahami isu ekonomi dan tata kelola media massa modern. Beberapa kata kunci adalah sebagai berikut: ekonomi media dan tipe-tipe regulasi media.

PERSPEKTIF TEORETIS: alternatif teori ekonomisasi media
Sebelum masuk dalam diskusi tentang ekonomi media dan regulasi struktur media maka yang harus dilihat adalah perspektif teoretis yang bisa membantu kita memahami fenomena ekonomisasi media massa modern. Perspektif pertama adalah perspektif ekonomi dan industrial yang memahami keterpilahan dan ragam ciri perusahaan media berdasarkan ragam perbedaan media dan konteks. Kedua, lebih merupakan teori alternatif dari perspektif di atas, yaitu perspektif ekonomi politik media yang berkonsentrasi pada masalah kapitalisasi dan komersialisasi media. Ketiga adalah perspektif normatif dalam memahami media. Perspektif ini berfokus pada masalah struktur media dengan kepentingan publik. Keempat adalah perspektif institusi media dengan titik pandang media profesional.
Keempat perspektif ini bisa dipahami dengan meletakkan media massa sebagai pusat lingkaran dari tiga irisan yang saling berhubungan, yaitu politik, ekonomi dan teknologi. Irisan-irisan kekuatan yang melingkupi media menimbulkan pertanyaan: bagaimana media tertentu dibedakan dalam istilah ekonomis dan politis? Bagaimana dan mengapa sistem media nasional berbeda dalam struktur dan kontrol? Bagaimana dan mengapa ekonomi media berbeda dengan jenis industri lainnya? Apa yang menjadi sebab dan konsekuensi konsentrasi media? Apa yang menjadi sebab dan konsekuensi internalisasi media? Apakah bobot relatif teknologi berpengaruh pada perubahan media? Bagaimana kinerja media dipengaruhi sumber finansial?
Berkaitan dengan masalah di atas maka kita juga harus memahami apa yang disebut sebagai struktur media berikut level analisisnya. Struktur media berhubungan dengan sistem media. Sistem media merujuk pada seperangka set aktual dari sebuah media massa pada masyarakat tertentu. Media dalam konteks ini lebih bisa dipahami sebagai sebuah sistem. Sistem media merupakan jaring keterhubungan antar elemen yang ada dalam media massa apa pun bentuknya. Itulah sebagai pemahaman di atas membantu pengertian kita tentang level analisis yang diperlukan dalam memahami media sebagai sebuah sistem. Komponen sistem media terdiri dari ruang lingkup media, sistem media, perusahaan multimedia, sektor media, area distribusi, unit saluran media, unit produk media.

ISU-ISU EKONOMI MEDIA
A. Prinsip-Prinsip Ekonomi Dalam Struktur Media
Ada beberapa prinsip utama ekonomi yang perlu dilihat apabila kita mau melihat pertimbangan ekonomi dalam struktur media massa. Setidaknya ada 10 prinsip yang ada. Pertama, media berbeda atas dasar apakah media tersebut mempunyai struktur fixed dan variabel cost. Kedua, pasar media mempunyai karakter ganda: dibiayai oleh konsumen dan atau oleh para pengiklan. Ketiga, media yang dibiayai oleh pendapatan iklan lebih rentan atas pengaruh eksternal yang tidak diinginkan. Keempat, media yang didasarkan pada pendapatan konsumen rentan krisis keuangan jangka pendek. Kelima, perbedaan utama dalam penghasilan media akan meminta perbedaan ukuran kinerja media. Keenam, kinerja media dalam satu pasar akan berpengaruh pada kinerja di tempat lain (pasar lain). Ketujuh, ketergantungan pada iklan dalam media massa berpengaruh pada masalah homogenitas program media. Kedelapan, Iklan dalam media yang khusus akan mendorong keragaman program acara. Kesembilan, jenis iklan tertentu akan menguntungkan pada masalah konsentrasi pasar dan khalayak. Kesepuluh, persaingan dari sumber pendapatan yang sama akan mengarah pada keseragaman.

B. Masalah Kepemilikan dan Pengawasan
Dalam isu kepemilikan dan pengawasan terdapat tiga bentuk kepemilikan. Bentuk kepemilikan adalah sebagai berikut: perusahaan komersial, institusi nir-laba, lembaga yang dikontrol publik. Dalam bentuk-bentuk kepemilikan inilah yang nantinya akan mengarah pada masalah kebebasan. Kebebasan pers sendiri mendukung hak kepemilikan untuk memutuskan isi media itu sendiri. Dengan demikian, bentuk-bentuk kepemilikan mempunyai pengaruh pada pembentukan dan produksi isi media. Oleh sebab itu, penggandaan dan peragaman sistem kepemilikan dan persaingan bebas adalah cara atau hal yang perlu dipakai dalam pengembangan media modern. Hal itu tentunya didasarkan pada sistem cek dan keseimbangan informasi dalam sistem untuk membatasi pengaruh yang tidak diinginkan dari pemilik media.



C. Masalah Persaingan dan Konsentrasi Media
Proses ekonomi media menuntuk maksimalisasi keuntungan maka tidak mengherankan apabila media juga memerlukan sistem persaingan dan proses konsentrasi kapital. Konsentrasi dalam istilah ekonomi media adalah tingkat keterbedaan dan sama (identik) sebuah produk dalam sebuah pasar dan apakah ada atau tidak adanya halangan masuk dalam pasar tersebut. Permasalahan konsentrasi kapital oleh media dibedakan dalam beberapa hal yaitu: level konsentrasi, arah konsentrasi dan level pengamatan, derajat konsentrasi media. Konsentrasi media biasanya terjadi di antara situasi monopoli dan persaingan sempurna. Konsentrasi diperhitungkan secara eksesif ketika ada tiga atau empat perusahaan yang menguasai 50% jangkauan pasar. Konsentrasi media dipicu dengan adanya persaingan itu sendiri, untuk mendapatkan sinergi dan keuntungan maksimal. Beberapa hal atau derajad konsentrasi justru menguntungkan konsumen. Efek yang tidak diinginkan dengan masalah konsentrasi adalah hilangnya keragaman, harga yang lebih tidak ekonomis, dan keterbatasan akses kepada media. Dengan demikian penting juga untuk melakukan pengaturan tentang konsentrasi media dengan mendorong hadirnya pemain baru dalam pasar media.

D. Beberapa Hal Tambahan dalam Ekonomi Media
Beberapa hal yang sudah diulas di atas memberikan kita beberapa hal yang dipertimbangkan dalam memahami media massa modern secara lebih komprehensif. Media dipahami sebagai institusi kepentingan publik tapi juga dipahami sebagai entitas ekonomi. Media perlu dipahami sebagai hybrid yang menghargai pasar, produk dan teknologi. Bisnis media susah dimasuki karena padat kapital dan siklus ekonomi modal yang ketat. Pola tersebut yang pada akhirnya menempatkan media sebagai institusi industrial yang mempunyai biaya tetap tinggi. Ketika media mempunyai fixed cost yang tinggi maka diperlukan kreativitas dan penyesuaian terus menerus atas ketidakpastian. Tidak mengherankan apabila media cenderung melakukan konsentrasi. Produk media sendiri bisa digandakan pemakaiannya atau didaur ulang.

TATA KELOLA MEDIA MASSA
A. Prinsip Utama Tata Kelola Media
Kenyataan bahwa media massa mempunyai fungsi strategis dalam masyarakat maka perlu ada tata kelola (kepemerintahan) pada media massa. Kontrol dan pengawasan tetap diperlukan meski tidak menutup kemungkinan pada aplikasi kebebasan pada masalah kontrol regulatif. Dengan demikian, bentuk yang ragam dalam pengelolaan regulatif atas media juga bisa diterapkan pada masing-masing jenis media. Kontrol hanya bisa efektif dan bisa diterima dalam konteks media yang benar-benar massif. Kontrol lebih digunakan untuk mengawasi struktur media ketimbang isi media. Oleh sebab itu, pemahaman yang lebih positif atas kontrol media yang justru diperlukan.

B. Regulasi Media Massa
Setidaknya ada tiga model regulasi yang bisa dilihat. Pertama adalah model pers bebas. Model ini model regulasi di mana pemerintah minim mengatur pers. Jaminan sosial-ekonomi dan politik atas media dilegitimasikan secara positif oleh model ini. Model kedua adalah model penyiaran. Model kedua ini menjamin secara adil dan sosial sifat kebergunaan dan manfaat dari media penyiaran. Dalam model ini, regulasi infrastruktur dan konten cukup tinggi. Sementara itu akses pengirim terbatas, akses penerima pesan sangat terbuka. Model ketiga adalah model common carrier. Motif utama regulasi ini adalah pengembangan dan implementasi yang lebih efisien dan bagaimana konsumen bisa menggunakan common carrier ini secara maksimal. Permasalahan regulasi ini terjadi ketika terdapat teknologi konvergensi media.
Media massa bisa diatur diatur dalam cara secara tidak langsung. Hal itu sangat dipengaruhi oleh sistem politik yang ada. Bentuk tata kelola media bervariasi baik dari masalah internal sampai eksternal. Tentunya bentuk-bentuk regulasi ini berkaitan dengan riwayat sistem sosial dan politik media massa tersebut berada.

TINJAUAN KRITIS
Dua isu utama yang dikembangkan oleh McQuail dalam bukunya ini sangat relevan justru ketika situasi dan perkembangan media massa mengalami peningkatan yang dramatis. Pertimbangan strategik dalam konteks ekonomi dan politik yang juga menjadi fungsi media massa modern merupakan pertimbangan yang terus menerus menjadi wacana yang menarik dalam memahami media kontemporer.
Ada pertimbangan kritis yang perlu diajukan. Pertama berkaitan dengan masalah industri media massa. Kecenderungan tak terelakkan dari pertimbangan ekonomi ternyata bisa menggerus beberapa fungsi sosial dan kultural konstruktif dari media massa. Faktor pragmatisme ekonomis sering menjadi pertimbangan utama para pengelola media massa modern. Sikap pragmatis inilah yang kadang-kadang mereduksi peran konstruksi edukatif media massa. Meskipun bisa dipahami bahwa pengelola mengejar keuntungan dan meminimalisir kerugian tapi tidak serta merta mengurangi fungsi sosial kultural positif yang inheren melekat pada media massa. Pendekatan fungsional dan kritis untuk media massa tidak mencukupi atau setidaknya menggerakkan para pelaku media (industrialis media). Belum ada pendekatan holistik yang mempertimbangkan faktor ekonomi dan edukasi yang secara sinergis bisa dilakukan untuk memberikan pencerahan kepada para kapitalis media. Itu sangat meresahkan!
Kedua adalah masalah regulasi. Permasalahan sekarang adalah banyak regulasi yang ada tapi kurang dalam implementasi hukum positif. Regulasi belum sampai pada masalah penegakan yang tegas karena dihimpit oleh kepentingan pasar dan negara. Publik sering bahkan selalu dikorbankan untuk kepentingan regulasi kompromi antara pasar media dengan negara. Konspirasi ekonomi dan politik inilah yang sering menjadi ganjalan besar dalam membuat sistem regulasi yang baik dan seimbang, antara pasar, publik dan negara.

Komunikasi Massa Global

Komunikasi massa global merupakan hal yang nyata untuk sekarang. Dapat dikatakan bahwa komunikasi massa yang bersifat global merupakan fakta tak terbantahkan untuk melihat media massa sekarang ini. Tentunya hal tersebut tidak bisa dipisahkan dengan fenomena atau gejala globalisasi. Perkembangan media massa memicu istilah ”global village” seperti yang dilansir oleh McLuhan. Setidaknya ada beberapa aras utama, yaitu keberadaan pasar bebas dalam produk media, keberadaan dan penghargaan atas ”hak informatif”, gejala kebebasan arus informasi dan teknologi komunikasi yang semakin memicu perkembangan media massa.
Media massa sekarang bisa dilihat sebagai jejaring sosial yang menyebar dan berkembang secara horizontal maupun vertikal pada sistem sosial masyarakat. Pada bagian ini McQuail merinci fakta komunikasi massa global dalam beberapa hal pokok.

MEDIA GLOBAL: Faktor Pemicu dan Wacana yang Berkembang
Globalisasi media massa semakin tak terelakkan ketika teknologi komunikasi mendorong industri media. Teknologi transmisi media semakin kuat. Teknologi transmisi media memaksa para pelaku bisnis media membentuk media massa sebagai perusahaan komersial. Pada titik tertentu, globalisasi media mengikuti perdagangan dan hubungan internasional. Hal ini terjadi karena sifat dan cakupan media modern memungkinkan untuk melintasi batas-batas tradisional ruang dan waktu. Konstelasi media massa global juga semakin didukung dengan faktor ketergantungan ekonomis dari negara tertentu kepada negara yang lain. Tentunya ketergantungan ekonomi ini dipengaruhi juga dengan faktor ketidakseimbangan geopolitik yang selama ini melekat pada sistem politik global. Faktor lain yang mendorong globalisasi media adalah periklanan dan perkembangan infrastruktur telekomunikasi.
Fase lain yang mendorong media global adalah fenomena berkembangnya konsentrasi media baik secara transnasional dan multimedia. Hal ini menghantar pada masalah kepemilikan media oleh para taipun/perusahaan media global. Dengan demikian sistem media pun menyebar serba lintas secara teritorial maupun kategorial di seluruh dunia. Sistem media global secara simultan juga memberikan warna dan selera yang sama dalam proses komunikasi global dan pada umumnya sistem program acara berita dan hiburan merupakan andalan dalam proses tersebut. Kehadiran sistem media global memungkinkan khalayak bisa memilih program acara lintas benua, lintas sosial, lintas ekonomi dan lintas kebudayaan. Kecenderungan inilah yang memacu pada aspek homogenisasi dan westernisasi program media, karena kebanyakan program media baratlah yang menguasai pangsa khalayak global. Fase ini juga mereduksi kedaulatan komunikasi nasional dan lebih mengembangkan arus informasi yang bersifat global.
Faktor lain yang perlu dibicarakan adalah masalah ketergantungan media internasional yang dimulai dari asumsi bahwa terdapat ketergantungan secara sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan dari negara periferi kepada negara pusat (asumsi teori ketergantungan). Ketergantungan atau otonomi komunikatif secara global yang pada akhirnya juga dibingkai dalam beberapa poros yaitu poros teknologi dan poros komunikasi yang nantinya akan berpengaruh pada proses produksi, distribusi dan konsumsi media massa. Pada isu ini juga terdapat isu konsekutif lainya yaitu imperialisme budaya. Media global pada tesis utamanya mempromosikan ketergantungan kontinual ketimbang pertumbuhan ekonomi masyarakat. Ketiadaseimbangan arus isi media semakin menghapus otonomi budaya dan mengendorkan makna pembangunan. Ketidakseimbangan hubungan dalam aliran berita meningkatkan kekuatan global dan menghalangi faktor-faktor yang diperlukan untuk meningkatkan identitas nasional. Media global semakin menguatkan homogenisasi dan sinkronisasi dengan mencabut hubungan antara media dengan pengalaman sehari-hari yang bersifat partikular dan lokal.
Hanya memang isu imperialisme dan globalisme media yang bersifat negatif harus dilihat juga secara imbang. Dalam arti bahwa globalisasi media juga berkontribusi untuk membuka kemungkinan-kemungkinan konstruktif. Point utamanya adalah mengembalikan kembali dimensi partisipatori dari khalayak sehingga khalayak harus aktif dan positif melihat media massa global. Tidak terbantah juga bahwa media menyumbang proses difusi, pendewasaan politik dan sosial. Kekuatan budaya tidak melulu destruktif, dalam arti ada juga proses transkulturasi, hybridisasi, deteritorialisasi, semiotika sosial yang didapatkan dalam pengembangan media global. Dengan demikian, globalisme media mempunyai efek sentripetal dan sentrifugal dalam sistem masyarakat.
Proses transnasionalisasi media merupakan wacana lain yang berkembang ketika kita membicarakan media global. Proses ini berhubungan dengan masalah struktur dalam sistem media dunia yang tentunya berhubungan juga dengan hubungan ekonomi global. Hal ini juga diperkuat dengan perkembangan teknologi komunikasi melalui internet yang mampu memampatkan dimensi ruang dan waktu dengan istilah real-time communication.

WACANA EKONOMI DAN BUDAYA DALAM ISU MEDIA GLOBAL
Dinamika media global telah menghubungkan beberapa konsep dalam ekonomi dan budaya sebagai isi media atau sistem yang masuk dalam keseluruhan proses media massa. Keterbukaan dalam sistem ekonomi global tidak serta membuat bahwa faktor-faktor ekonomi merupakan faktor konstitutif dalam media tersebut. Dilihat dalam keseluruhan aspek, dimensi budaya menjadi juga faktor krusial dalam media. Tesis ketergantungan total terhadap keseluruhan isi dan teknologi media tidak selama benar. Pada derajad tertentu terdapat seleksi dan pemilahan yang jelas di mana sebuah negara bisa memasukkan dimensi internasionalisasi media dan dimensi nasionalisasi media massa. Gabungan antara motif ekonomi dan kebudayaan sering mengaburkan masalah transnasionalisasi media. Tingkat persaingan dan kemampuan ekonomi serta kemauan untuk survive dalam konteks kebudayaan dan identitas lokal menjadi konsideran-konsideran utama dalam proses globalisasi media.
Wacana ini juga menyatakan beberapa efek kultur pada era globalisasi. Efek kultur ini semakin didorong dengan keberadaan media global. Isu pertama yang muncul adalah isu identitas budaya. Proses pembentukan identitas budaya dipengaruhi oleh media massa. Fungsi media sebagai media transmisi budaya mendapatkan peran maksimal baik secara lokal, nasional maupun internasional dengan tingkat analisisnya masing-masing. Komodifikasi simbol budaya disebarkan melalui media. Bukan tidak mungkin terjadi pengembangan sikap multikultural. Media juga membentuk deteritorialisasi kebudayaan, evolusi bentuk budaya dan kultur media global itu sendiri.

BAGAIMANA MENGONTROL MEDIA GLOBAL?
Tiadanya pemerintahan global tentunya membawa permasalahan sendiri ketika kita berhadapan dengan fenomena media global. Kekuatan pasar bebas dan kedaulatan nasional bisa bersinergi dalam menjalankan fungsi kontrol terhadap media global. Kekuatan normatif regulasi global memang ada tapi tidak sepenuhnya mengikat. Terdapat sejarah yang menyatakan perlunya kekuatan regulasi global yang mengelola fenomena komunikasi massa global ini.
Tidak bisa dipungkiri terdapat lembaga-lembaga lintas negara yang bekerja sama untuk mengelola media global meski terserak-serak kadang tidak mempunyai kekuatan sama sekali. Lembaga-lembaga itu misalnya ITU (mengatur masalah telekomunikasi global), WTO (yang mengurus masalah perdagangan dan tetek bengeknya), Unesco (sempat aktif dalam pengaturan tentang kebebasan berekspresi dan internet), WIPO (menselaraskan legislasi dan prosedur kekayaan intelektual, konsumen dan penulis) dan ICANN (banyak berkecimpung dengan komunitas internet). Permasalahan regulasi dan peraturan tentang media global banyak menyentuh isi ekonomi dan teknis kurang dapat menyentuh dan kritis dalam konteks sosial dan kebudayaan.

TINJAUAN KRITIS
Tidak bisa bilang tidak apabila ada adagium yang menyatakan bahwa media massa kontemporer adalah media massa global. Kekuatan kapitalisme global merupakan kekuatan besar yang juga masuk dalam dunia komunikasi massa. Faktor ekonomi dan mobilisasi massif yang menjadi karakter utama globalisasi merupakan faktor yang krusial dalam pembentukan media massa global.
Pertama, McQuail dengan imbang mau menjelaskan posisi media dalam era globalisasi berikut konsekuensi yang mengikutinya. Globalisasi memang harus dilihat dalam beberapa dimensi, termasuk dalam konteks negatif maupun positif. Tapi permasalahannya belum ada hasil menyakinkan bahwa globalisasi berkontribusi secara komprehensif pada sistem sosial masyarakat. Tetap saja globalisasi membuat jurang akses informasi antara kelompok sosial yang ”tidak beruntung” (baca: tidak punya akses besar terhadap informasi) dengan kelompok sosial yang berkelimpahan informasi. Jurang informasi yang dalam mengakibatkan jurang ekonomi yang semakin lebar. Disparitas ekonomi merupakan konsekuensi logis disparitas informasi.
Kedua, menempatkan komunikasi massa global dalam perkara kapitalisasi global dalam arti tertentu menyesatkan. Dalam arti bahwa kapitalisme global tidak lagi berbicara an sich sistem ekonomi saja tapi sistem sosial, budaya dan politik. Maka media global harus tidak dipahami dalam dimensi ekonomi tapi dalam dimensi non ekonomi lainnya.
Ketiga, siapa yang bisa melawan kekuatan pasar bebas dalam era globalisasi? Bentuk cair dan a-lokasi, a-historis dari kekuatan pasar bebas mustahil untuk diatur dalam bentuk yang lebih positif. Siapa yang menguasai ITU, WTO, Unesco dan sebagainya? Tetap saja negara-negara pusat yang mempunyai kepentingan sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan. Hilangnya kontrol pada derap progres media global merupakan sebuah keniscayaan kecil meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa kontrol atas media global bisa dilakukan. Tapi masalahnya, siapa yang bisa mempunyai justifikasi legitim bahwa dirinya bisa mengontrol kekuatan media dan pasar global.

 This blog migrated to https://www.mediologi.id. just click here