Beberapa tahun terakhir ini, pemirsa tayangan televisi dimanjakan dengan berbagai ragam acara yang bernuansa religius. Tayangan-tayangan tersebut diformat sedemikian rupa sehingga digemari penonton.
Selain itu, ada beberapa tayangan religius yang langsung didampingi dai-dai kondang Indonesia seperti, Arifin Ilham, Jefri al Bukhori, Luthfiah Sungkar, dan seterusnya. Pendamping sinetron itu mengajak pemirsa untuk merenungkan apa yang telah dilihatnya di awal ataupun di akhir tayangan.
Sinetron bernuansa religius itu semakin marak dengan datangnya bulan Ramadan. Tayangan seperti Takdir ilahi, Rahasia Ilahi, Kehendakmu, Insyaf Ramadan, dan sebagainya yang konon memiliki rating tertinggi menambah marak suasana Ramadan. Pertanyaannya, benarkah tayangan-tayangan tersebut sarat nilai dan memang memperjuangkan kejayaan agama Islam pada khususnya?
Sinetron yang bernuansa religius itu mau tidak mau harus kita terima sebagai sebuah tawaran baru dalam persinetronan Indonesia. Atau paling tidak menjadi salah satu cara dakwah dalam Islam itu sendiri.
Artikel lain bisa dilihat di http://ekawenats.blogspot.com
Media criticism is in an undeveloped state, today, largely because the mainstream media allows virtually no open discussion of the subject. Some criticism that does get to the public, of course, but most of it is corrupted by the same forces that have turned the rest of the media into a source of manipulation.
Subscribe to:
Posts (Atom)
This blog migrated to https://www.mediologi.id. just click here
-
What Is Post-Structuralist Feminist Discourse ? In recent years, a number of doctoral and post-doctoral students have begun to explore an...
-
PENDAHULUAN [1] Perkembangan infrastruktur komunikasi dan telekomunikasi sekarang ini sedang mengalami perkembangan yang pesat...
-
Komunikasi massa global merupakan hal yang nyata untuk sekarang. Dapat dikatakan bahwa komunikasi massa yang bersifat global merupakan fakta...