Monday, March 27, 2006

Media, Politik dan Kebenaran

Politik kerap kali didefinisikan sebagi “who gets what and when”. Sebuah upaya untuk mencapai kekuasaan, yang sejatinya memang mengiurkan setiap orang. Tak bisa dimungkiri, Bangsa Indonesia yang sudah bersepakat untuk belajar demokrasi melalui pemilihan langsung baik di tingkat pusat maupun daerah, sedang mengalami gegap gempita dan euporia pesta demokrasi. Bak permainan baru yang sedang digemari, energi masyarakat, banyak yang tersedot ke dalam rivalitas politik yang kian mengharu biru. Pilkada digelar dimana-mana, riuh rendah dukungan dan penolakan terhadap kandidat terpilih, seolah menjadi penanda paling nyata bahwa wilayah permainan dan rivalitas politik tak lagi tersentral di Jakarta. Melalui Pilkada langsung, hasrat politik sekian banyak orang dapat tersalurkan. Tentu, setelah mereka mampu bertarung dengan kandidat lain di sebuah era industri citra. Pertarungan yang masih didominasi oleh politik citra atau politik yang berporos pada popularitas kandidat di tengah massa pemilih.

Realitas politik yang terjadi saat ini, menuntut para politisi perseorangan atau pun partai untuk memiliki akses yang seluas-luasnya terhadap mekanisme industri citra. Yakni, industri berbasis komunikasi dan informasi yang akan memasarkan ide, gagasan, pemikiran dan tindakan politik. Politik dalam perspektif industri citra merupakan upaya mempengaruhi orang lain untuk mengubah atau mempertahanakan suatu kekuasaan tertentu melalui pengemasan citra dan popularitas. Semakin dapat menampilkan citra yang baik, maka peluang untuk berkuasa pun semakin besar.

Hampir tak ada satu pun komponen-komponen sistem politik yang dapat meniadakan hubungan saling menguntungkan antara politisi dengan industri citra politik. Komponen seperti sosialisasi politik, rekrutmen politik, artikulasi kepentingan, agregasi kepentingan, pembuatan aturan dan pelaksanaan aturan dibentuk dan dilaksanakan melalui akses terhadap industri citra. Di antara industri citra yang sangat menonjol dewasa ini adalah industri media massa. Kekuatan utama media yang tidak bisa dinafikan di era informasi saat ini yakni kekuatan dalam mengkonstruksi realitas.

1 comment:

Ellen Zone said...

Salam kenal pak, sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu Saya Ellen Diana mahasiswi Universitas Mercubuana Jakarta. saya tertarik dengan artikel bapak ini, oleh karena itu saya tertarik pula ingin mendengar jawaban bapak mengenai pertanyaan saya ini. masih seputar obyektifitas media,bagaimana pandangan bapak mengenai obyektifitas pemberitaan media official broadcaster pemilu seperti yang kita ketahui TV Pemilu dan The Election chanel ? menurut bapak, bagaimana pengamatan bapak selama ini mengenai obyektifitas kedua TV pemilu tersebut? harapan saya bapak dapat menjelaskan hal ini sejelas jelasnya mengingat jawaban bapak akan sangat membantu penelitian yang sedang saya lakukan. untuk perhatiannya saya ucapkan terima kasih sebanyak banyaknya

 This blog migrated to https://www.mediologi.id. just click here