Tuesday, January 02, 2007

PERSPEKTIF EKONOMI POLITIK KOMUNIKASI MASSA

(Industrialisasi Komunikasi Massa: Keanekaragaman dan konsentrasi)[1]

AG. Eka Wenats Wuryanta

PENGANTAR

Perkembangan dan modernisasi komunikasi massa, terutama modernisasi dalam industrialisasi media massa, mengalami kemajuan yang sedemikian pesat. Perkembangan media massa semakin pesat ketika terjadi perubahan dramatis dalam teknologi komunikasi. Perkembangan industri media ini tak terelakkan. Demikian juga perkembangan dampak dan efek media menjadi sangat penting dalam kehidupan sosial, politik dan ekonomi masyarakat.

Dapat dikatakan bahwa dalam modernisasi industri media, masyarakat berikut sistem sosial yang terbentuk di dalamnya juga menjadi bagian yang integral dalam perkembangan media massa. Dapat dikatakan juga bahwa pemahaman manusia mengenai media massa tidak lagi diletakkan dalam perspektif tunggal, dalam arti bahwa media massa dilihat sebagai satu entitas mandiri, melainkan sekarang media massa berikut industrinya dilihat sebagai totalitas yang di dalamnya terdapat interaksi dinamis antara pelaku media, masyarakat dan negara.

Tentu saja, perubahan paradigma cara melihat industri media itu mempunyai dinamika dan sejarah tersendiri. Ringkasan ini mau memperlihatkan secara singkat bagaimana dinamika industrialisasi dalam bidang komunikasi massa bisa dipahami dalam perspektif politik ekonomi ?


PETA DAN ASUMSI DASAR

Sebelum kita membahas dinamika yang terjadi dalam industrialisasi komunikasi massa, kita harus mengetahui secara komprehensif terlebih dahulu peta dasar permasalahannya.

Peta pertama yang harus dipahami adalah adanya perkembangan industrialisasi yang dipicu oleh revolusi industri dan revolusi media cetak. Era industrialisasi mempengaruhi kompleksitas sistem sosial masyarakat. Setidaknya terjadi proses mekanisasi dan massifikasi faktor produksi, distribusi dan konsumsi masyarakat. Ini berarti terjadi akselerasi kompleksitas budaya masyarakat yang ada. Komunitas masyarakat tidak lagi dilihat dalam satu proses kebudayaan yang sederhana melainkan komunitas masyarakat dilihat sebagai sistem budaya yang mempunyai tingkat budaya yang lebih kompleks. Jaringan sistem masyarakat semakin melebar dalam sistem politik, ekonomi dan budaya.

Konstelasi kompleksitas sistem sosial budaya masyarakat mempengaruhi sistem budaya informasi dan komunikasi yang semakin harus bisa mengikuti perkembangan dinamika masyarakat. Dengan percepatan industrialisasi mesin cetak dan informasi, rekaman dan proses komunikasi semakin menjadi kebutuhan utama masyarakat. Ini menandai juga perkembangan media massa sebagai salah satu bagian dalam proses komunikasi massa menjadi hal yang penting.

Peta kedua yang perlu diperhatikan adalah akibat dari percepatan industrialisasi komunikasi massa yang berkembang sampai saat itu. Akibat akselerasi industrialisasi komunikasi massa adalah sofistikasi media yang mampu memberikan dan menjadi sarana komunikasi antar manusia secara efektif dan efisien. Sofistikasi media komunikasi massa menyiratkan bahwa perlu ada peningkatan kemampuan para pelaku media mengimbangi modernisasi sistem sosial masyarakat selain bahwa industri media juga harus meningkatkan kemampuan, strategi dan taktik yang tepat bagi media komunikasi antar warga, baik antar warga sendiri atau antar warga dengan negara.

Konsekuensi logis dari usaha untuk mengembangkan sofistikasi media adalah kebutuhan modal atau kapital yang lebih besar. Kompleksitas industri komunikasi massa sebagai suatu yang tak terelakkan; tidak bisa menghindari adanya konsolidasi dan proses konsentrasi yang mau tidak mau dilakukan oleh setiap pelaku komunikasi massa untuk tetap bisa berproses sebagai sebuah industri sosial dan ekonomi.

Proses konsolidasi dan konsentrasi merupakan proses akhir dari rangkaian perubahan organisasional yang merefleksikan adanya perubahan dalam dasar sosial dan ekonomi pada media komunikasi massa.


KONSOLIDASI MEDIA KOMUNIKASI MASSA: bentuk antisipasi

Secara umum, konsolidasi media komunikasi massa dapat dipahami sebagai pola peningkatan keterlibatan media dengan sesama industri media dan dengan perusahaan industri yang lebih luas. Dalam perspektif politik ekonomi media, konsolidasi merupakan proses peningkatan dan antisipasi sofistikasi terhadap proses komodifikasi-spasialisasi informasi yang tumbuh dalam masyarakat.

Masalah yang secara umum dialami oleh beberapa unsur media komunikasi massa adalah soal bagaimana pada akhirnya media massa bisa bertahan hidup dalam situasi sosial dan ekonomi yang ada. Selain bahwa konsolidasi media cetak, media audio dan media audio-visual juga dilakukan untuk bisa mengatur secara lebih praktis, efektif dan efisien.

Dari aspek konsolidasi media komunikasi massa yang ada, terlihat bahwa dalam proses konsolidasi ada kecenderungan dinamis bahwa terjadi perubahan dari keanekaragaman media menjadi sebuah pemusatan atau konsentrasi sosial ekonomi media.


KONSENTRASI MEDIA: pemusatan demi efisiensi

Proses sofistifikasi media yang terjadi dalam industri media massa menuntut kekuatan sosial dan ekonomi untuk menjaga keseimbangan faktor produksi, distribusi dan konsumsi masyarakat. Salah satu cara media untuk menanggapi masalah efisiensi dan efektivitas media adalah konsentrasi.

Aspek konsentrasi lebih merupakan proses akumulasi kontrol sosial ekonomi kekuatan sumber daya ekonomi dan sosial yang dimiliki oleh setiap industri media. Aspek konsentrasi media mengandung tiga dimensi yang terkait di dalamnya.

Dimensi pertama adalah dimensi integrasi. Integrasi adalah proses penyatuan dan pemaduan faktor-faktor produksi media massa. Perusahaan media merupakan bagian dari tren media modern. Proses konsolidasi dan kontrol sosial-ekonomi media relatif bisa dilakukan ketika terjadi penyatuan sebuah industri media baik secara horizontal maupun secara vertikal. Contoh konkret dalam hal ini untuk kasus Indonesia bisa kita lihat dalam kelompok Jawa Pos dan Kelompok Kompas-Gramedia

Dimensi kedua adalah dimensi diversifikasi industri media. Diversifikasi adalah proses penganekaragaman usaha ekonomi sosial yang dilakukan oleh suatu industri atau pelaku produksi media. Industri media tidak bisa menghindarkan aktivitas diversifikasi ini karena adanya tuntutan sosial-ekonomi maupun tantangan kepentingan ekonomi. Selain bahwa diversifikasi media penting untuk menjadi “bumper” ekonomi sebuah industri media juga dipergunakan untuk pengolahan kapital dan perluasan network media.

Dimensi ketiga adalah dimensi internasionalisasi. Konsentrasi yang berdimensi internasional menyatakan adanya usaha perluasan atau ekstensi jaringan sosial yang mempunyai dampak sosial, ekonomi dan politik sebuah industri media. Proses nilai komoditas media jelas tak bisa diingkari. Dan faktor itulah yang bisa dimanfaatkan sebagai pola pengembangan dana segar untuk peningkatan kualitatif dan kuantitatif industri media yang bersangkutan. Faktor lainnya adalah kemauan dan kepercayaan terhadap penanaman modal asing. Penanaman modal asing bisa menjadi sumber modal segar yang dibutuh untuk proses sofistikasi industri media.


TINJAUAN KRITIS

Memang diakui bahwa industri komunikasi massa tidak menghindari tuntutan faktor ekonomi dan politik. Faktor ekonomi politik media mau memperlihatkan bahwa faktor produksi, distribusi dan konsumsi media massa merupakan proses timbal balik yang terus menerus dialami oleh setiap pelaku dan organisasi media massa. Keterkaitan dan keterpengaruhan faktor ekonomi dan politik dalam sebuah tatanan organisasi media.

Tapi meski demikian ada beberapa catatan kritis yang harus diberikan. Pertama adalah di satu pihak memang benar bahwa konsolidasi dan konsentrasi media akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas media massa yang ada. Tapi penulis artikel ini tidak memberikan batasan yang jelas tentang bagaimana konsolidasi dan konsentrasi media bisa dan tidak bisa dilakukan. Artinya ada beberapa dampak konsolidasi dan konsentrasi industri media massa yang tidak diperhatikan, misalnya soal kepemilikan silang media yang bisa memicu adanya monopoli media massa yang pada akhirnya akan mengakibatkan soal hegemoni dan dominasi perusahaan media besar terhadap opini serta kebenaran yang dibentuk.

Kedua, soal kepercayaan penulis terhadap penanaman modal asing dalam pengembangan industri media massa. Ini berarti ada semacam ketergantungan finansial yang nampak menjadi kecenderungan perkembangan industri media yang ada. Padahal ekspansi kapitalisme membuka kemungkinan adanya imperialisme kapitalistik yang pada akhirnya bisa membuka adanya imperialisme budaya. Harga imperialisme budaya sebagai akibat ekspansi kapitalisme yang terjadi terlalu mahal bagi pendidikan dan pendewasaan media massa lokal.

Ketiga, tidak adanya regulasi yang jelas untuk mengantisipasi perkembangan industri media modern. Komodifikasi dan spasialisasi media massa mempunyai percepatan dan akibat yang sangat mungkin tidak bisa terprediksi atau tidak terkontrol. Perlindungan yang jelas terhadap konsumen media belum menjadi arah yang tegas untuk mengimbangi kemajuan dan perkembangan media kontemporer.

Arti tinjauan kritis ini adalah mau mengatakan bahwa kita boleh takjub dengan seluruh perkembangan media yang ada, tapi kita harus tetap mengambil sikap kritis pada setiap kemajuan yang terjadi dalam media massa atau segala aspek dalam komunikasi massa.



[1] Disarikan dari tulisan Graham Murdock dan Peter Golding yang berjudul For a Political Economy of Mass Communication dalam buku Approaches to Media: A Reader, hal. 201-214

1 comment:

rezza said...

kira-kira faktor apa ya yang menyebabkan mass media belum mampu efektif dalam turut serta pembangunan politik

 This blog migrated to https://www.mediologi.id. just click here