Friday, May 12, 2006

Isu Dasar: Media dan Sikap Anti Sosial

Ada beberapa isu dasar yang muncul yang menyebabkan terjadinya perilaku anti sosial atas pengaruh media (cetak & non-cetak) terhadap para konsumen (pemirsa/pembaca). Media yang seharusnya menjadi sarana informasi bagi masyarakat untuk menambah pengetahuan baik diluar mau pun didalam, justru sebaliknya. Media terkadang mengabaikan peraturan yang berlaku dalam menyiarkan program-programnya, hal ini disebabkan karena media hanya mencari keuntungan (uang) semata, sehingga media tidak memperdulikan lagi apakah program-program tersebut akan berdampak buruk atau baik bagi para konsumennya. Beberapa isu-isu dasar yang menjadi pembahasan dalam bab ini yaitu : Pengaruh media terhadap perilaku anti sosial, Media dan tanggung jawab moral, Perilaku anti sosial dan kewajiban media, Media sebagai accessories terhadap perilaku anti sosial dan konflik antara perilaku personal dan professional.

ISU MORAL

Perilaku anti sosial sudah menjadi hal yang sangat mendasar di masyarakat dan hal ini harus diperbaiki secepatnya baik dari pemerintah , media , dan lembaga-lembaga independent lainnya. Tetapi dalam hal ini media lah yang memiliki peranan yang sangat besar atas timbulnya perilaku anti sosial di masyarakat karena para pengusaha yang bergerak di bidang media tidak sadar atas informasi dan program-program yang ditayangkannya berdampak negative bagi para konsumen.

Seharusnya sebagai konsumen harus bisa memilih tayangan yang bermanfaat bagi mereka dan yang tidak merusak norma-norma yang berlaku. Para konsumen media harusnya lebih aktif lagi dalam mengkritik media, yang menayangkan program-program yang berdampak buruk, seperti : membuat para konsumen menjadi konsumtif, program kekerasan atau kriminalitas, dsb. Sehingga dengan mengkritik media diharapkan pemerintah dapat lebih mempertegas lagi peraturan atau undang-undang yang berlaku dalam penyairan (media), sehingga apabila ada media yang melekukan pelanggaran dapat di kenai sangsi atau hukuman.

Latar Belakang

Dewasa ini pengaruh media (cetak dan non-cetak) sangat menentukan perilaku para pembaca serta penontonnya. Hal ini, menjadi persoalan yang sangat mendasar sekali untuk perkembangan generasi selanjutnya, karena media merupakan sarana yang sangat mudah sekali untuk mempengaruhi tingkah laku dan sikap kita pada umumnya.

Banyaknya pengaruh serta perilaku luar (barat / western) yang disiarkan maupun di publikasikan oleh media tanpa saringan atau filter, dan hal ini membuat terkikisnya nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku di dalam wilayah tertentu.

Pembahasan

1. Pengaruh media terhadap sikap antisosial.

Pada bulan September 1974, NBC menyiarkan “Born Innocent” yang melukiskan kehidupan seorang gadis asrama panti asuhan. Drama tersebut meliputi kisah tentang seorang gadis muda yang diperkosa oleh 4 orang wanita penghuni asrama tersebut dengan menggunakan alat penyedot saluran air. selanjutnya, beberapa hari kemudian seorang gadis berusia 9 tahun di California di serang oleh 4 anak muda dan diperkosa. Pemerkosa mengakui terangsang setelah melihat drama “born innocent”.

Pada bulan agustus 1981, majalah hustler menerbitkan article tentang “autoerotic asphyxia” yaitu keanehan dan tehnik yang berbahaya untuk kenikmatan sex, lalu ada seorang pemuda berumur 14 tahun membaca article tersebut tetapi dia hanya mengabaikan dan tidak peduli terhadap article tersebut.

Kasus-kasus tersebut diatas sering digunakan untuk menuduh media menggunakan kekuatanya untuk mempengaruhi tingkah laku anti-social para pembaca dan penonton. Hal ini dapat memicu penonton untuk mengkritik dan menimbulkan kemarahan terhadap media. Banyak media kita yang berisi/ menyiarkan mengenai norma social, tanpa cerita mengenai kejahatan, kekerasan, minuman keras, dsb.

2. Media dan tanggung jawab moral

Karena media sangat tinggi jangkauannya dan sangat berpengaruh, untuk itu memakan waktu antara masyarakat dan posisi moral. Secara luas ada 3 kategori mengenai media dan tingkah laku anti social antara lain :

1. Sikap anti sosial para praktisi yang berhubungan dalam kewajiban para professional.

2. Tugas media hanya sebagai pelengkap terhadap tingkah laku anti sosial

3. Konflik yang terjadi antara tanggung jawab professional dan tingkah laku anti sosial dalam kehidupan pribadi para praktisi media.


3. Sikap anti-sosial dan kewajiban media

Praktisi media adalah sebagai penjaga dan jembatan antara media dan publik, untuk alasan tersebut mereka menghindari perintah untuk menyiarkan perilaku anti sosial di media. Bagaimana pun juga keadaan ini merupakan suatu kelemahan bagi para praktisi media terhadap moral dan hukum. Meskipun masih ada sedikit keraguan yang diharapkan , terkadang para audience mengirimkan pesan yang salah mengenai sikap anti sosial tersebut. Pertama-tama , kekerasan hukum menjadi bagian dalam tugas seorang reporter. Apabila seorang wartawan mencerminkan publik, seharusnya mereka lebih memperhatikan keinginan publiknya. Selain itu, apabila para pelaku kekerasan beranggapan bahwa hal itu adalah biasa, hal itu akan merusak tatanan hukum yang ada.

4. Media sebagai pelengkap terhadap sikap anti sosial

Karena pengaruh media dapat menembus publik umum, karena itu media sering kali disalahkan sebagai kaki tangan untuk mempengaruhi public atas perilaku anti sosial. Menghadapi kritik tersebut media berusaha untuk lebih memperhatikan hal-hal yang dapat merusak perilaku seseorang yaitu dengan membuat beberapa acuan dan aturan yang membuat media menjadi lebih berkembang dan lebih baik.

Issue yang layak yang tergabung dalam tugas media yang juga mempengaruhi perilaku anti sosial, termasuk dalam 3 fungsi mass media yaitu :

1. berita / news

2. hiburan / entertainment

3. iklan / advertising

Berita kriminal, kekerasan dan tragedy kemanusian merupakan bagian yang sangat penting untuk seorang peliput berita atau wartawan. Beberapa public tertarik untuk mempelajari mengenai perilaku anti sosial dari melihat berita di TV maupun membaca dari Koran atau majalah. Contoh : ada beberapa bukti yang di beritakan antara lain; meningkatnya kasus bunuh diri.

Seorang wartawan dalam menuliskan berita harus berdasarkan pendapat umum, sehingga mendapatkan keseimbangan antara berita yang dibutuhkan oleh public terhadap tanggung jawab sosial. Kelayakan issue dalam jurnalistik untuk menangani tingkah laku anti sosial, terdapat dalam 3 kategories yaitu :

1. masalah kecerobohan atau kelalaian berita, dahulu dalam menyiarkan berita kriminal maupun demonstrasi, media TV kurang berpotensi untuk menyiarkannya, tetapi sekarang media sudah lebih berkembang dan dapat menyiarkan berita tersebut dengan baik.

2. wartawan media sering dijadikan sebagai pelengkap terhadap perilaku anti sosial untuk pekerjaan tertentu dimana pekerjaan wartawan merupakan suatu kewajiban dalam menyampaikan berita yang berkualitas kepada publik. Karena komitmen utama seorang wartawan adalah kejujuran dan objective dalam menyampaikan berita, dan terkadang wartawan percaya bahwa kebebasan dan memiliki sikap yang tidak terpengaruh merupakan tindakan yang sangat bijaksana.

3. Melibatkan wartawan media sebagai pelengkap untuk perilaku anti sosial adalah sesuatu hal yang sangat terlalu terhadap wibawa hukum. Beberapa gabungan terjadi ketika para wartawan sepakat atas kebebasan dan sikap tidak terpengaruh menjadi satu kesatuan dalam hukum yang berlaku.

Hiburan atau entertainment apakah tayangan kekerasan di Televisi dan film yang dapat menambah perilaku yang agresif terhadap anak-anak ?. Apakah program kriminal merupakan suatu kontribusi untuk pertumbuhan kriminal rate di masyarakat ? Apakah budaya obat-obatan / narkotika diminati dalam drama prime time ? Dapatkan film di TV tentang kasus bunuh diri dapat mempengaruhi pertumbuhan remaja yang memilih kehidupannya sendiri?

Hal tersebut diatas hanyalah sebagian dari pertanyaan yang layak didalam dunia hiburan. Melalui kepercayaan mereka pada semua bentuk konflik yang diperankan melalui karakter yang kejam / dingin, dialog yang bagus, special effect, dan situasi yang dramatis, media hiburan menyampaikan pelajaran yang penting dengan mempertimbangkan hal-hal yang bermanfaat dan perilaku anti sosial.

Media khususnya televisi pernah di kritik oleh publik karena perhatian media yang terus menerus terhadap kekerasan. Selain itu ada diantaranya film-film yang menceritakan tentang kekerasan seperti contoh ; Shakespeare’s, Julius Caesar, Hamlet, and Macbeth. Untuk itu, program acara untuk anak-anak seharusnya dibedakan dengan program yang ditayangkan untuk orang dewasa.

Iklan atau advertising, hubungan antara iklan dan masalah perilaku anti sosial mungkin bukanlah hal yang nyata seperti halnya dalam sebuah berita dan fungsi hiburan bagi sebuah media massa. Salah satu alasan dari pembuatan iklan bagi sebuah media massa adalah iklan dapat membujuk publik dan mempromosikan suatu hal seperti membuat iklan “Stop Violent” atau stop kekerasan. Selain itu semakin luasnya jangkauan media membuat timbulnya suatu pemikiran, apakah iklan yang dibuat cocok untuk publikasikan atau hanya untuk disiarkan oleh media tanpa publikasi yang luas.

5. Konflik antara perilaku personal dan professional

Didalam membedakan antara perilaku moral pribadi para praktisi media dan yang bukan media, seperti memisahkan publik dengan kehidupan pribadinya. Televisi merupakan alat utama yang digunakan untuk menyiarkan berita apabila ada terjadi konflik atau kekerasan di dalam masyarakat umum. Maka stasiun televisi hendaknya lebih sadar akan hal tersebut, karena jangan sampai hal tersebut digunakan hanya untuk suatu kepentingan yang dapat merugikan kredibilitas media massa khususnya televisi.

KESIMPULAN

Saat ini para konsumen (masyarakat) sangat mudah untuk mendapatkan informasi dari media (cetak – non cetak), karena media mengemas setiap informasi (berita, hiburan, iklan, dsb) dengan menampilkan hal-hal yang dapat membuat para konsumennya untuk mengikuti perilaku atau pun gaya yang mereka tampilkan, baik itu hal positive maupun negative. Sehingga acara tersebut lebih mengarah terhadap para konsumen untuk lebih konsumtif , dan mengikuti perilaku mereka yang lebih menjurus kearah perilaku anti sosial , seperti kekerasan, perkosaan, pornografi, sikap yang mengejek terhadap orang lain, dll.

Pergeseran nilai-nilai agama serta moral sudah menjadi momok bagi masyarakat kita, dan media merupakan salah satu penyebab utama dalam hal ini. Para pengusaha di media seperti menutup mata atas perilaku anti sosial yang terjadi di masyarakat kita, karena mereka ( para pengusaha ) hanya mengutamakan keuntungan yang sebesar-besarnya (uang). Seharusnya pemerintah harus lebih memperhatikan atas gejala-gejala perilaku anti sosial yang timbul dimasyarakat, dengan membuat undang-undang yang lebih tegas dan tidak hanya menguntungkan para pengusaha media saja. karena generasi muda adalah masa depan bangsa untuk itu pemerintah harus mengambil langka-langkah yang lebih konkrit untuk menghadapi hal ini. Selain itu, pemerintah dapat bekerja sama dengan lembaga-lembaga independent untuk mengawasi dan mengontrol media, agar tidak keluar dari jalur dalam menayangkan setiap program-program mereka.

Apabila semua pihak memiliki kesadaran untuk lebih memperhatikan masa depan bangsa ini, sehingga akan tercipta keseimbangan dalam masyarakat kita (media , pemerintah dan masyarakat), Perilaku anti sosial di masyarakat dapat kita tekan / minimize.

No comments:

 This blog migrated to https://www.mediologi.id. just click here