Oleh: Medika Obetetriana
1. PENDAHULUAN
Dari keseluruhan program hiburan yang disiarkan di tv, pasti salah satu satunya adalah acara musik. Jika diperhatikan, acara musik di setiap statsiun tv swasta Indonesia jenisnya sama hanya sedikit dibedakan pada packagingnya, misal indoor atau outdoor. Selebihnya, acara-acara musik itu dipandu oleh MC yang terdiri dari artis perempuan cantik, pria tampan, dan aktor lawak untuk memeriahkan suasana dan menghibur penontonnya.
Selain menyuguhkan musik-musik yang menjadi hits/single terbaru, acara musik di TV juga biasanya menyajikan tayangan yang menggambarkan fenomena dalam dunia musik saat itu, misalnya menampilkan Udin Sedunia,seorang penyiar radio yang terkenal karena lagu yang ia buat dan ia post lewat jejaring youtube, fenomena Briptu Norman yang lipsing lagu india, dan lain lain.
Acara musik tentu sangat berhubungan erat dengan rating karena rating akan mempengaruhi pihak pengiklan apakah akan memasang iklan pada acara tersebut. Sumber dana produksi sebuah acara tv sebagian besar dari iklan. Untuk itu, sebuah acara musik harus selalu menyajikan tayangan tayangan yang terbaru, menyajikan musik-musik yang memang sedang trend dan disukai masyarakat agar masyarakat tertarik untuk menonton acara tersebut sehingga rating acara musik itu akan naik dan pemasang iklan tertarik untuk memasangkan iklan produknya pada acara yang ber-rating tinggi tersebut.
Salah satu fenomena dalam dunia musik yang menyedot perhatian public di Indonesia dan yang sedang terjadi sekarang yakni fenomena Boyband yang banyak bermunculan di Industri musik dan pertelevisian Indonesia. Nama Boyband SM*SH muncul kepermukaaan sebagai gebrakan pertama dan yang mempelopori lahirnya era baru Boyband Indonesia.
Ditengah kebosanan dan kejenuhan publik akan musik Indonesia sebelum boyband, yakni menjamurnya band band yang berasal dari seluruh daerah di Indonesia yang menyanyikan lagu cinta dengan nama band yang ear-catching. Singe-single mereka menjadi hits dan menjadikan mereka muncul sebagai bintang tetapi tidak lama kemudian, bintang itu pun akhirnya tenggelam karena situasi, yakni persaingan yang ketat dimana banyak bermunculan band band baru yang lebih inovatif dan kreatif. Karena tidak bisa mempertahankan kreatifitas dan posisinya akhirnya mereka tenggelam dalam persaingan. Sedikit banyak begitulah alur yang terlihat, walau ada beberapa band yang bisa bertahan lebih lama dikarenakan beberapa factor pendukung, misalnya ketersediaan modal produksi, kreatifitas yang terus dikembangkan, dan memang popularitasnya selalu naik misal karena issue, gossip, dll contohnya Dewa19, Ungu, Seventeen, dll.
Kembali ke era baru Boyband dengan SM*SH sebagai pelopornya, acara musik di tv berlomba lomba untuk menampilkan SM*SH di TV, duet SM*SH dengan penyanyi lain, bahkan infotainment pun tidak mau ketinggalan.
Kemunculan Boyband SM*SH menuai pro-kontra di masyarakat. Pihak yang pro mendukung boyband SM*SH karena dianggap memberi angin segar bagi dunia musik Indonesia yang mulai monoton dan menghidupkan kembli era Boyband yang dulu pernah ada dan kemudian redup, misalnya Trio Libels, ME,dll. Pihak yang kontra menganggap SM*SH telah melakukan plagiarism konsep terhadap konsep Boyband-Boyband yang sekarang juga tengah menjadi trend di Korea Selatan. Tetapi Plagiarism atau bukan belum ada yang bisa menentukan dan membuktikannya sampai sekarang. Untuk mengklarifikasi dan meredam issue/tuduhan plagiarism terhadap SM*SH, SM*SH sendiri telah mengakui kalau mereka memang terinspirasi oleh boyband korea tetapi menolak untuk disebut sebagai plagiat. Hal tersebut membuktikan bahwa memang industri musik negeri gingseng tersebut memang memberikan pengaruh tersendiri terhadap dinamika musik Indonesia.
Salah satu boyband asal Korea Selatan yang memiliki banyak fans di Indonesia dan terkenal tidak hanya di Asia bahkan Dunia serta cukup berpengaruh di industry musik asia adalah Super Junior. Boyband yang beranggotakan 13 pria muda asal Korea Selatan ini memiliki penggemar di banyak Negara di dunia terutama asia dan Super Junior merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk dikaji karena pasalnya boyband ini memiliki jutaan fans/penggemar yang tergabung dalam banyak fansclub yang juga tersebar diseluruh dunia bahkan ada fansclub yang lingkupnya internasional, jadi anda harus mendaftar dan memiliki kartu member fansclub jika ingin menjadi fans resmi dan diakui menjadi fans Super Junior yang kerap disebut ELF ini.
Fansclub ini melakukan banyak kegiatan bersama misalnya menonton konser bersama, mengadakan acara gathering atau kumpul kumpul dan diskusi yang biasanya dilakukan via online lewat forum-forum diskusi di internet dan tema diskusinya tentu saja tentang idola mereka, Super Junior. pertanyaan yang sering muncul adalah hal apa yang sebenarnya dimiliki oleh boyband ini dan apa saja yang mereka lakukan sampai melahirkan fenomena yang begitu luar biasa, dicintai dan digemari banyak orang dari berbagai kelompok umur terutama remaja wanita padahal mereka tidak kenal secara personal, bahkan banyak yang tidak pernah bertemu langsung. Pada intinya mengapa mereka bisa begitu memuja dan mengidolakan orang “asing” yang bahkan orang “asing” tersebut juga tidak mengenal para penggemarnya satu per satu.
Berbagai pendapat dilontarkan oleh para penggemarnya tentang Super Junior, apa yang mereka suka, apa pendapat mereka, mengapa mereka begitu tergila gila kepada Super Junior, dan jawaban mereka rata-rata sama yakni musik, dan ketampanan yang dimiliki masing masing personil. Konsep tampan itu kini menjadi homogen bagi Super Junior, dan kesadaran yang mereka miliki adalah bahwa yang memiliki ciri ciri wajah seperti Super Junior -lah yang termasuk pria tampan. Homogenitas tentang criteria pria tampan dikonstruksikan atau dibentuk oleh media dan salah satu representasinya adalah Super Junior, hal ini (konstruksi ketampanan ini) yang juga menginspirasi salah satunya boyband SM*SH.
Ada kesamaan yang bisa dilihat dari boyband boyband tersebut, yakni wajah putih bersih, tubuh proporsional, bentuk wajah lonjong atau segitiga, hidnung mancung, ceria, pembawaan hangat dan ramah, charming, pembawaan yang romantis, mempesona dan menjadi idaman setiap wanita. Kesadaran semu yang diciptakan yakni bahwa pria yang ideal adalah yang memiliki ciri tersebut.
Citra tersebut mempengaruhi kesadaran dan penilaian orang apalagi yang menjadi fans fanatik dari suatu boyband dalam melihat dunia dengan kata lain pandangan yang dimiliki akan menjadi sempit karena akan selalu berpatok kepada apa yang dimiliki, melekat, dan dilakukan oleh boyband tersebut. Pencitraan dalam konstruksi seperti apa kriteria pria tampan yang ideal itu ditampilkan terus menerus sehingga melekat pada diri publik, sehingga publik terutama fans akan memiliki standar yang sama atau homogen tentang seperti apa pria yang tampan itu.
Manusia modern memang dibuat dan dikondisikan untuk tidak bisa dan tidak akan dapat lepas dari kepentingan kapitalisme dengan ritual intinya (produksi, konsumsi, distribusi). Situasi sekarang ini sudah bukan lagi situasi dimana produksi barang dilakukan untuk semata mata memenuhi kebutuhan, kapitalis bertindak lebih juh dengan menciptakan sebuah kebutuhan (perasaan dan hasrat membutuhkan sesuatu yang sebenarnya tidak menjadi kebutuhan pokok/tidak terlalu dibutuhkan) lewat kesadaran yang dibentuk. Produk kapitalisme pun menjadi satu atau berbaur dengan kesadaran yang dikonstruk oleh media. Tulisan ini akan membahas konstruksi oleh media dalam membentuk dan menanamkan kesadaran tentang pria tampan yang ideal dimana konstruksi media tentang pria tampan yang ideal itu direpresentasikan oleh boyband asal Korea Selatan, Super Junior.
Konstruksi yang diangkat oleh media tersebut didukung dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin maju, keberadaan internet yang bukan menjadi barang asing di Indonesia telah melancarkan tersampaikannya pesan pesan media yang memberikan konstruksi dan menciptakan sebuah realitas baru itu. Bagaimana konstruksi media atas boyband tersebut dibangun serta pencitraan dan sign-sign tertentu serta realitas seperti apa yang timbul dan terbentuk karena konstruksi yang dibuat media tentang pria ideal pada boyband selengkanya akan dibahas dalam makalah ini menggunakan konsep simulacra dan hyper-reality dari Jean Baudrillard.
2. FENOMENA
Korean Wave atau Hallyu atau demam Korea sudah mulai terasa di Indonesia sekitar tahun 1990-an yakni mulai banyaknya drama Korea yang diputar di Indonesia. (diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Korean_wave) Seiring dengan perkembangan korea wave di berbagai Negara asia termasuk asia tenggara dan Indonesia tentunya, Korean Wave dari drama-drama serial bergeser ke arah musik. Boyband-boyband mulai digandrungi para remaja di Indonesia. Salah satu boyabnd yang booming dan oleh beberapa pengamat musik dan budaya dianggap berpengaruh terhadap trend di Industri musik dan hiburan Indonesia adalah Super Junior.
Salah satu pengamat musik dan budayawan yang mengakui pengaruh artis K-pop di Indonesia adalah Benny Benke. Benke mengatakan genre musik boyband Super Junior yakni K-pop adalah kependekan dari Korean Pop atau musik pop Korea yang berasal dari Korea Selatan. Kegandrungan akan musik K-Pop merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Demam Korea (Korean Wave) di berbagai Negara termasuk Indonesia.
Super Junior yang juga dikenal SJ atau Suju atadalah sebuah boyband asal negeri gingseng Korea Selatan. Boyband ini beranggotakan 13 orang pria muda yakni, Leeteuk, Heechul, Han Geng, Yesung, Kang-In, Shindong, Sungmin, Eunhyuk, Donghae, Siwon, Ryeowook, Kibum, dan Kyuhyun. Album mereka yang diberi nama SuperJunior05 (TWINS) dirilis pada tahun 2005. Super Junior berada dibawah sebuah agen bakat Korea dan label rekaman, SME (SM Entertainment) milik salah satu pengajar Harvard yang juga asal korea selatan, Soo-Man Lee.
Perekrutan anggota Super Junior dilakukan lewat sebuah casting audition yang diadakan SM Entertainment pada tahun 2000. Super Junior memulai debutnya pada 6 november 2005 dan baru beranggotakan 12(tidak termasuk Kyu hyun). Super Junior dengan 12 orang memulai debutnya dalam program musik salah satu stasiun tv Korea, yakni SBS Online Songs tentunya pada tanggal 6 November 2005 dengan membawakan single pertama mereka, “TWINS” (Knock Out). Album perdana mereka terjual 28.536 kopi di bulan pertama rilis dan single debutnya menempatI #3 di chart bulanan pada Desember 2005. Masih pada bulan desember 2005, Super Junior merilis album bersama boyband yang lebih senior, DBSK bertajuk “Show Me Your Love” yang menjadi single terlaris di korea dan asia pada Desember 2005 dengan 49.945 salinan yang terjual selama bulan itu. Memulai kesuksesan nya di belantika musik korea dan asia, Super Junior menambahkan 1 anggota baru, anggota ketigabelas pada mei 2006 yakni Kyuhyun.
Super Junior banyak meraih sukses, fans nya pun semakin banyak dan tersebar bukan hanya Korea bahkan merambah asia, termasuk Indonesia. Super Junior dibentuk dengan pencitraan sekelompok anak muda, pria yang ceria, bersahabat, tampan, digemari dan dicintai oleh target audience nya yakni sebagian besar terdiri dari wanita dan pelajar, selain itu dicitrakan pula sebagai sekelompok pemuda yang bertalenta terutama menyanyi dan menari. Karena targetnya adalah perempuan yang terdiri dari pelajar dan mahasiswa dengan kategori umur yang tidak jauh dari personil Super Junior, yakni maksimal 20-an/dibawah 30-an, maka publikasi dari segala macam bentuk aktivitas, hasil karya, dan program yang menampilkan Super Junior dilakukan lewat internet dan tv cabel sebagai media yang dekat dengan target audience.
Dari awal debut, internet adalah media yang paling berpengaruh dalam menyebarkan “demam suju”. Single berjudul “U” yang dirilis masa awal debut bisa di download gratis pada 25 Mei 2006 di website resmi resmi Super Junior. Strategi SM Entertainment untuk emmpopulerkan Super Junior adalah dengan menyebarkan “demam suju” seluas luasnya dengan menggunakan berbagai media terutama media yang banyak diakses oleh target audience dan bisa dijangkau di seluruh dunia, yakni internet. Single “U” telah didownload oleh lebih dari 400 ribu pendownload hanya dalam waktu lima jam dan total pendownload mencapai angka lebih dari 1,7 juta pendownload menuju server beberapa jam setelahnya. Di korea, single “U” pun menduduki peringkat #1 di semua tangga lagu koea dan menjadikan Super Junior boyband paling popular sepanjang tahun.
Super Junior meraih bnyak penghargaan tidak lama setelah mereka debut, penghargaan-penghargan tersebut diantaranya menjadi nominasi dalam 7 kategori terpisah acara musik bergengsi dikorean yakni M.NET / KM Musik Festival yang digelar di 17 November, 2007 dan berhasil memenangkn beberapa nominasi diantaranya “Netizen Choice Award”, “Mobile Popularitas”, “Best Artist of the Year” (Daesang) yakni penghargaan tertinggi bagi palku seni di korea selatan.
Dari keempat album yang dirilis oleh Super Junior, yakni Super Junior05/TWINS (2005), Don’t Don (2007), Sorry Sorry (2009), dan Bonamana (2010), albumnya yang paling booming di Indonesia adalah album Sorry Sorry dengan single andalannya berjudul sama, Sorry Sorry. Super Junior mulai menjadi perbncangan dimana mana terutama dikalangan pelajar terutama wanita, pengamat hiburan dan tentunya pecinta K-Pop(musik Korea). Para penggemar Super Junior/fans nya pun bergabung membentuk satu wadah/komunitas yang disebut ELF dan di Indonesia disebut ELF Indonesia.
Seberapa-digandrungi nya Super Junior bisa dilihat dari jumlah penggemarnya yang terus menerus bertambah. Seperti yang dilansir dari asiangrup, sebuah situs berita online seputar artis artis asia, Super Junior mendapat gelar artis dengan jumlah follower (pengikut) terbanyak di Twitter versi Star News. Tanggal 4 Mei lalu, Star News mengumpulkan nama-nama artis idola Korea dan, membandingkan jumlah fans mereka di situs jejaring sosial yang mereka punya seperti Twitter dan me2day. Dari survei itu, Super Junior memiliki jumlah fans terbanyak. Selama ini tiga belas personel Super Junior sangat aktif di Twitter. Kecuali Han Geng, Kang In, dan Sung Min, sepuluh personel lainnya memiliki situs Twitter. Star News menulis, Lee Teuk ( 363.930 follower), Hee Chul (463.825 follower), Dong Hae (493.885 follower), Si Won (444.642 follower), Ye Sung (339.883 follower), Shin Dong (352.605 follower), Eun Hyuk (350.564 follower), Ryeo Wook (301.543 follower), Ki Bum (140.802 follower), Kyu Hyun (269.583 follower).
Dari data Star News tersebut terlihat rata rata personil Super Junior memiliki follower lebih dari 100 ribu orang. Star news menyimpulkan bahwa dengan data tersebut Super Junior menempati posisi teratas artis Korea dengan jumlah follower tertinggi dari seluruh dunia.
Selain dilihat dari jumlah follower di twitter, banyaknya jumlah penggemar Super Junior pun bisa dilihat dari banyaknya “like” di facebook page mereka, artinya Super Junior adalah sebuah fenomena dilihat dari angka penggemaranya yang mencapai ratusan ribu.
Di Indonesia tentunya ada banyak fans Super Junior yang biasa disebut ELF. Memang belum ada data pasti tentang berapa jumlah elf di Indonesia. Sebuah EO, promoter musik yang berencana mendatangkan Super Junior ke Indonesia masih berusaha mendata berapa jumlah elf di Indonesia dan pihaknya memperkirakan jumlah elf bisa mencapai angka puluhan ribu, hal itu tergambar dari jumlah “like” di banyak elf indonesia’s page di facebook.
Banyaknya elf (penggemar Super Junior) tentu tidak diragukan lagi. Timbul sebuah pertanyaan di banyak pihak yang sadar akan fenomena boyband korea di Indonesia dan Korean wave, apa sebenarnya yang mereka suka dari boyband/artis artis korea terutama Super Junior?
Berbagai jawaban didapat para ELF lewat forum forum elf di Internet, dan dari berbagai jawaban yang diberikan, ketampanan adalah alasan pertama yang diikuti skill/talenta lain.
Ketampanan pada personil Super Junior memang sebuah nilai plus bagi Boyband ini yang juga menjadi cirri khas dari Super Junior dan tentu saja boyband boyband Korea lain. Jika diperhatikan sekilas ada kemiripan diantara personil personil Super Junior atau boyband Korea lain. Kesamaan/kemiripan tersebut yakni dagu lancip/segitiga, wajah lonjong, tubuh proporsional, wajah dan kulit bersih, baby face, camera face, good looking, bahkan cenderung “cantik”, terawat, dan fashionable.
Super Junior dicitrakan sebagai boyband dengan anggota yang berjiwa muda, dinamis, hangat, ceria, dan tampan. Untuk menonjolkan pencitraan tersebut, dan untuk menampilkan sisi-sisi dari citra yang ignin dibangun tersebut, Super Junior tidak hanya bernyanyi tapi kerap membintangi sebuah film bioskop berjudul Wonder Boys. Dalam film tersebut sangat ditonjolkan sisi keampanan dan sisi Charming dari masing masing personil Super Junior, misalnya dengan teknik pengambilan gambar yang kebanyakan close up pada wajah.
Selain film, pencitraan yang dilakukan SM Entertainment terhadap Super Junior banyak juga lewat reality show, iklan, video video keseharian Super Junior yang di upload ke internet (youtube), dan lain lain. Usaha tersebut dilakukan agar Super Junior mendapat pengakuan dan semua pihak memiliki pandangan tertentu kepada Super Junior seperti yang dicitrakan, yakni tampan, ceria, berkepribadian hangat, dan bertalenta. Tidak tanggung-tanggung, untuk mendapatkan kesempurnaan dan kesan tampan yang diinginkan, pihak SM Entertainment melakukan operasi plastic pada artis artisnya dan hampir semua personil Super Junior pernah merasakan yang namanya operasi plastic.
Kriteria tampan yang melekat pada boyband Korea terutama Suju ikut juga mempengaruhi pendapat masyarakat terutama ELF dan para penikmat dunia hiburan tentang penilaian mereka terhadap seorang pria. Masyarakat setuju kalau Super Junior itu terdiri dari para pemuda tampan dengan criteria wajah segitiga, kulit putih bersih, fashionable, hidung mancung, tubuh proporsional, dan baby face. Masyarakat terutama remaja wanita di Indonesia pun memuja Suju sampai membeli semua photobook yang harganya bisa mencapai ratusan bahkan jutaan rupiah dan mengikuti konser suju di luar negeri.
Melihat fenomena tersebut, para “pengontrol” dunia hiburan Indonesia lantas mengikuti dan mengadopsi trend dari negeri gingseng tersebut. Kalau kita melihat layar tv, banyak artis muda bermunculan dengan kriteria yang sama, yakni mengusung konsep Boyband yang fashionable, wajah tampan dengan hidung mancung, dagu segitiga, wajah lonjong, kulit putih, bersih, dan baby face. Dengan kata lain konstruksi media tentang criteria pria tampan yang direpresentasikan dengan Super Junior telah menyebabkan homogenitas pada pemikiran masyarakat sehingga pemikiran masyarakat menjadi lebih sempit dalam menilai sesuatu.
Teori
Jean Budrillard, seorang teoritisi asal perancis barat yang lahir di Reims pada 5 januari 1929, berteori tentang masyarakat postmodern dimana asumsi utamanya adalah bahwa media, simulasi, dan cyberblitz telah mengkonstruksi dan mengkonstitusi suatu bidang pengalaman baru, tahapan sejarah, dan tipe masyarakat yang baru. Fondasi filsafatnya adalah kritisiSM Entertainment terhadap pemikiran tradisional dan ilmiah yang menurutnya telah mengganti realitas dengan ilusi tentang kebenaran. Lanskap pemikirannya yang luas dipengaruhi oleh semangat zaman yang tengah mengalami krisis modernitas besar (The Great Depression) yang pertama.
Baudrillard telah menghasilkan banyak buku dan artikel lewat pemikiran pemikirannya. Karya-karya awal Baudrillard yang banyak yang mengkaji soal kemungkinan konsumsi. Pemikiran Baudrillard dapat dipetakan sebagai pelacakan terhadap kehidupan tanda-tanda (the life of the signs) dan pengaruh teknologi dalam kehidupan sosial (http://plato.stanford.edu/entries/baudrillard/)
Baudrillard banyak membahas tentang makna yang tertanam dalam objek-objek dalam kehidupan sehari-hari dan sistem-sistem struktural melalui objek yang terorganisasi dalam masyarakat modern (misalnya prestise/gengsi atau nilai-tanda sebuah mobil sport baru) yang coba ia tuangkan lewat bukunya. Buku buku tersebut diantaranya
1. tahun 1968 ia menulis buku The System Of Objects yang sangat terpengaruh oleh karya Barthes yakni The Fashion System (1967). Dalam The System Of Objects Baudrillard mengadopsi metode semiologi Barthesian untuk menggali dan mengetahui hubungan dan mistifikasi objek-subjek yang ada dalam realitas masyarakat modern.
2. Tahun 1969 atau satu tahun setelah menerbitkan buku pertamanya, buku keduanya berjudul Communications pun terbit. c mmunication adalah sebuah buku yang membahas mengenai struktur komunikasi tanda (sign) dalam masyarakat Barat pada masa itu (1960-an) dan masih berlaku dan tidak berbeda jauh dengan masa sekarang.
3. Tahun 1970 baudrillard menerbitkan buku berjudul La Societe de Consommation/The Consumer Society yang membahas tentang consumer society/masyarakat konsumsi Barat
4. Tahun 1972 baudrillard menerbitkan buku kembali berjudul For a Critique of the Political Economy of the Sign
5. Tahun 1973 baudrillard menerbitkan buku berjudul The Mirror Of Production . (http://plato.stanford.edu/entries/baudrillard/).
Kelima buku yang ditulis baudrillard merupakan karya awal baudrillard dan oleh para pengamat teori kritis karya karya awal baudrillard itu merupakan tahap awal yang disebut sebagai tahap kritis dari baudrillard walau baudrillard sendiri tidak pernah membagi / mengkategorikan pikirannya kedalam bentuk bentuk ata kelompok kelompok khusus.
Karya awal baudrillard dianggap sebagai tahap awal kritisnya salah satunya adalah karena pemikiran baudrillard sangat dipengaruhi oleh beberapa pemikir seperti Marx, Mauss, dan Saussure dengan pemikiran Marx yang paling utama atau dominan. Cara berpikir baudrillard adalah dengan mengadopsi pemikiran pemikiran tokoh tokoh tersebut sehingga menghasilkan pemikiran yang benar benar “baudrillard” dimana kecenderungan pemikirannya terlihat lebih kea rah konsumsi dan komunikasi massa.
Pemikiran kritis baudrillaard yakni bahwa Baudrillard ingin mengkonstruksi ulang masyarakat kapitalis, karena keadaan saat ini sudah tidak memungkinkan lagi untuk masyarakat keluar dari kapitalisme seperti yang menjadi harapan Marx dan kini menurut baudrillard, dunia sudah dipenuhi dengan konsumsi dan simbol-simbol.
Berangkat dari inilah, Baudrillard memandang bahwa apa yang dikatakan Marx mengenai nilai guna dan nilai tukar tidak lagi relevan. Bangunan (konstruksi) masyarakat kapitalisme yang memandang produksi sebagai penggerak ekonomi kini harus dibangun ulang bahwa masyarakat kapitalisme melihat konsumsilah sebagai penggerak ekonomi, bahkan pada sosial, politik, dan budaya juga. Mode of production dibawa kearah mode of consumption.
Konsumsi kini disadari dilakukan bukan semata-mata karena kebutuhan dan kegiatan diproduksi bukan semata-mata untuk menghasilkan kebutuhan dasar namun untuk salah satunya untuk meningkatkan kebanggaan simbolik. Seseorang yang menggunakan mobil Lamborgini akan mendapatkan prestise dibandingkan orang yang menggunakan mobil BMW Mini Cooper karena orang dengan mobil sport akan lebih disimbolkan sebagai orang yang maskulin daripada city car.
Jean Baudrillard sering dianggap sebagai pemikir barisan depan yang mengkaji persoalan masyarakat konsumer secara cukup komprehensif karena tidak saja mengkritik filsafat ekonomi politik Marx, melainkan memasukkan perkara konsumsi ini dalam linguistik struktural seperti yang dirintis Saussure dengan semiologinya. Hasil analisis Baudrillard yakni konsumsi dewasa ini bukanlah konsumsi objek-objek material, melainkan konsumsi akan nilai- nilai; konsumsi atas tanda.
Diskusi tentang masyarakat konsumer (consumer society) Baudrillard dimulai dengan diagnosisnya akan nilai tanda (sign value). Nilai tanda (sign value) adalah “ideologi” yang dihidupi oleh masyarakat yang menjalankan logika sosial konsumsi. Dalam sign value, motif terakhir tindakan konsumsi bukanlah pelayanan dan nilai guna suatu barang, melainkan produksi dan manipulasi penanda-penanda sosial. Konsumsi menjadi motif utama dan penggerak realitas sosial, budaya bahkan politik (Kellner,1994: 3).
Terjadi transformasi dari mode of production ke mode of consumption. Transformasi tersebut adalah bentuk pergeseran dari use-value dan exchange-value nya Marx ke arah dominasi nilai tanda dan nilai simbol. Konsumsi menjadikan seluruh aspek kehidupan tak lebih sebagai objek. Konsumsi adalah sistem objek-objek yang mengklasifikasi dan membentuk makna dalam kehidupan masyarakat kapitalisme lanjut. Sign value dijalankan oleh pergeseran nilai tersebut yang terjadi seiring dengan perubahan karakter masyarakat postmodern.
Baudrillard pada awalnya tidak memberikan sumbangan pikirannya tersendiri, akan tetapi dipengaruhi oleh beberapa pemikir walau pada perkembangannya baudrillard emmiliki “suara” dan pendapatnya sendiri. Bukti bahwa pemikiran baudrillard itu dipengaruhi oleh marx salah satunya yakni bahwa Baudrillard mengeksplorasi kritik terhadap pandangan MarxiSM Entertainment dalam bukunya, The System of Objects yang menyatakan bahwa ketika sebuah produk dikonsumsi, yang dikonsumsi adalah makna-makna yang disebarluaskan melalui media, misalnya iklan. Melalui asumsi tersebut Baudrillard menjelaskan tentang keberlimpahan (profusion) tanda-tanda yang menyebar dengan luas. Relasi antara tanda dan konsumsi ini merupakan poin penting memahami teori konsumsi Baudrillard.
Objek diperlakukan sebagai tanda, konsumsi dan reproduksi dibuat sedemikian rupa melalui iklan, display, kemasan, fashion agar masyarakat konsumer memperlakukan konsumsi sebagai tanda, citra, dan pesan. Pilihan konsumsi bukan lagi berdasarkan pada komoditas.
Baudrillard melihat bahwa dalam masyarakat konsumer, objek-objek dimiliki, diatur, dikonsumsi, dan diinvestasi melalui makna oleh subjek yang kemudian mengubah dan mendefinisikan ulang objek-objek tersebut. Baudrillard percaya bahwa konsumsi objek-objek menentukan tatanan sosial masyarakat. Dengan mengadaptasi teori Strukturalis, Baudrillard berargumen akan adanya relasi timbal-balik antara individu dan sistem makna dalam masyarakat. Sistem makna memaksakan kekuasaannya terhadap individu dengan cara bahwa melalui sistem makna tersebutlah individualitas mendapat makna.
Sistem makna inilah yang menjadi prioritas, bukan interpretasi atau penilaian subjek. Sistem makna dibangun berdasarkan sistem objek yang terorganisasi melalui, salah satunya, kode-kode fashion. Sistem objek ini menjalankan apa yang disebut “integrasi ideologis” (ideological integration). Integrasi ideologis mengandung makna bahwa subjek baru mendapat makna sebagai “seseorang” (person) melalui proses “personalisasi” (personalisation) yang diatur oleh sistem objek dan sistem tanda .
Menjelaskan lebih jauh tentang keterkaitan dari makna, sign, masyarakat consumer, realitas, dan hal lain yang telah disinggung sebelumnya, baudrillard adalah sebuah teoritisi yang khas dengan istilah istilah yang diperkenalkannya dalam pemikirannya yang berhubungan dengan masyarakat consumer, yakni simulasi, simulacra, dan hyperreality.
Media massa dan informasi sekarang ini, yakni media massa dalam masyarakat yang disebut baudrillard dengan consumer society, tidak lagi menjadi sarana komunikasi utuh tetapi menjadi sarana representasi makna dari simbol simbol (signs) yang merupakan produk kapitalis dengan tujuan menggiring publik kepada hiper-realita dalam sebuah simulacrum.
Ketika peta dunia dibuat, yang harus dilakukan adalah menggambar daerah teritori lalu kemudian membubuhkan garis teritori diatasnya, membuat kontur tanah dan warna untuk membedakan mana dataran tinggi, rendah, lautan, dan lain lain. Peta dunia merupakan bentuk dari simulasi daerah di dunia. Simulasi dunia lewat peta sesungguhnya telah mengacaukan keadaan/ bentuk dunia sebenarnya, bahwa pada dasarnya alam tidak se-simple di peta dengan skala dan berbagai simbol lainnya. Dalam kenyataan, terdapat kerutan kerutan tanah dalam dataran yang tidak tergambar di peta padahal hal tersebut nyata. Manusia menjadikan peta sebagai patokan untuk mengetahui bentuk/isi dari suatu wilayah sehingga yang tergambar dan menjadi mindset menusia tentang bentuk dan keadaan suatu wilayah adalah kenyataan/ simulasi lewat peta. Padahal, kebenaran sebenarnya tentang sebuah daerah tidaklah seperti yang tergambar di peta.
Allegori simulasi yang indah seperti peta itulah yang sekarang mengikat dan melingkari kehidupan kita sehingga kita tidak tahu kebenaran yang nyata karena sesungguhnya kebenaran yang nyata itu sedang bersembunyi dibalik sebuah simulasi dengan tingkat advance yang berkembang menjadi sebuah simulacrum.
Perbedaan jelas antara simulasi, simulacra, dan simulacrum yakni simulasi merupakan sebuah tiruan dari sesuatu, objek/keadaan dimana masih mudah/bisa dibedakan atau ditemukan perbedaannya antara yang asli dan palsu/mana realitas sebenarnya dan mana realitas buatan. Ketika sebuah simulasi bercampur dengan kenyataan sebenarnya, direpresentasikan dan dibuat se-nyata mungkin serta melibatkan pengalaman/sisi emosi dari masyarakat maka akan membentuk sebuah simulacra. Simulacra merupakan “simulasi” yang lebih advance yang mencapai sebuah titik dimana sebuah realita menjadi sulit bahkan tidak bisa dibedakan lagi mana yang kenyataan sebenarnya dan mana kenyataan yang dikonstruksikan (dibentuk). Keadaan tersebut diistilahkan dengan Hyperreal atau realitas yang berlebih.
Simulacra membuat sesuatu menjadi lebih nyata dari yang nyata, itu adalah cara bagaimana sebuah kenyataan sebenarnya terhapus. Simulacrum bisa juga dikatakan sebagai representasi, misalnya dilakukan oleh pencitraan. Sebuah simbol dicitrakan sedemikian rupa menjadi seperti yang diinginkan, padahal sebenarnya tidak seperti itu. tetapi karena terus menerus disuguhi dengan symbol (sign) yang dicitrakan dan memang dibentuk untuk menjadi sesuatu yang diinginkan, maka akan sulit membedakan mana yang nyata mana yang bukan yang sekali lagi ditekankan bahwa keadaaan ini akan menggiring ke sebuah realitas berlebih atau hyperreality.
The simulacrum is never what hides the truth - it is truth that hides the fact that
there is none.
The simulacrum is true.
-Ecclesiastes-
Dengan segala pemikirannya tentang tanda, system makna, integrasi ideologi, objek, dll tidak semata mata hanya melakukan rekonstruksi namun juga melakukan konstruksi terhadap masyarakat konsumer itu sendiri . Kekurangan dari pemikiran baudrillard adalah bahwa ia tidak pernah memberikan solusi dari bagaimana mengatasi kapitalisme yang semakin berkembang hebat.
Budrillard dan pada pemikir yang mempengaruhinya
Baudrillard dipengaruhi oleh pemikiran Marx, Masa kapitalisme menandai runtuhnya era feodaliSM Entertainment dan menciptakan struktur baru konsumsi berdasarkan pasar, uang, dan keuntungan. Konsumsi bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan dasar manusi, justru malah menjadi suatu kebutuhan yang terpisah dari kebutuhan dasar manusia.
Kapitalisme membangun sistem ideologis konsumsi sehingga masyarakat tersugesti bahwa konsumsi adalah sebuah aspek penting dari kehidupan sehari- hari (Storey, 2008:144). Fetish komoditi yang terjadi di kalangan buruh mengumandangkan kemenangan nilai-tukar atas nilai-guna. Fetish atau pemujaan komoditi memiliki arti bahwa dalam proses produksi, barang-barang tidak diproduksi sebagai sarana memenuhi kebutuhan sehari-hari. Barang-barang produksi diberi nilai-nilai baru yang jauh dari nilai aslinya sebagai benda pakai dan bertransformasi menjadi komoditi. Komoditi tidak lain adalah barang produksi yang memiliki nilai-tukar. Komoditi menempati status istimewa dalam mode produksi (mode of production).
Fetishism produksi membuat komoditi memancarkan pesona fetish-nya sebagai objek pemujaan konsumer. Karakter fetish dalam komoditi ini membuat kaum buruh sebagai orang-orang yang memproduksi komoditi justru mengalami keterpisahan dari barang yang mereka produksi. Kaum buruh tidak memiliki kuasa atas komoditi sebab komoditi itu menjadi klaim dari pemilik kapital untuk dipertukarkan dalam pasar untuk memperoleh keuntungan. Untuk memiliki barang tersebut, kaum buruh harus membeli dan menjadi konsumen atas barang-barang yang mereka produksi sendiri. Marx menyatakan bahwa kaum buruh teralienasi dari komoditi yang mereka produksi.
Komoditi sesegera mungkin akan menjadi sebuah sarana standar hidup masyarakat yang memiliki cara khas untuk melaksanakan fungsi relasi dan mengekspresikan relasi sosialnya. Dalam masyarakat pasar, komoditi menyembunyikan dan mengganti bentuk-bentuk relasi sosial antar manusia. Hal ini terjadi karena keterlibatan dari fetishism bahwa produk produk buatan manusia bergeser fungsinya/bertransformasi bertransformasi menggantikan produk-produk sosial yang memungkinkan terjadinya kegiatan produksi barang.
Marx mengistilahkan proses tersebut sebagai reifikasi. Istilah singkat dari reifikasi adalah pematerian, maksudnya jika ada penilaian untuk sebuah kesuksesan, maka kesusksesan itu diukur dari apa yang dimiliki/objek tertentu . Relasi sosial yang mengandung reifikasi itu didefinisikan oleh kekuatan fetish komoditi. Dengan ini, relasi sosial yang diwakilkan dalam sebuah objek muncul dan berada dibawah control manusia. Dengan demikian, manusia tidak benar-benar sebagai subjek yang independent terhadap dirinya melainkan di stir oleh fetish komoditi.
Baudrillard dipengaruhi oleh pemikiran Mauss, Baudrillard terpengaruh Mauss mengenai gift exchange dalam buku Mauss yang paling terkenal, yaitu Essai sur le don (the Gift). Bagi Mauss, meskipun hadiah itu berupa komoditas yang tak menuntut balasan namun tetap saja ada unsur balasan. Kehadiran hadiah menyiratkantiga kewajiban: memberi, menerima, dan membalas.
Baudrillard dipengaruhi Saussure, Baudrillard dalam pemikirannya menjadi ragu terhadap pemikiran Marx dan menganggap pemikiran Marx menjadi tidak relevan lagi untuk saat ini karena terpengaruh dari semiotika Ferdinand de Saussure dan Roland Barthes.
Menurutnya dalam masyarakat konsumer, dunia terbentuk dari hubungan berbagai tanda (sign) dan kode acak, tanpa referensi relasional yang jelas. Sebuah sign bukan lagi representasi dari realitas karena realitas itu dibentuk dan diatur sedemikian rupa jadi bukan realitas yang sebenarnya. Sign yang fakta digabung dengan yang semu lewat produksi citra (pencitraan) sehingga saling tumpang tindih dan bergabung menjadi satu kesatuan yang sulit lagi dibedakan mana yang nyata dan mana yang tidak nyata atau mana kenyataan yang benar sebenar benarnya. Realitas itu adalah realitas yang ada dan kita hidupi sekarang.
Analisis
Asumsi pemikiran baudrillard, yakni media, simulasi, dan cyberblitz telah mengkonstruksi dan mengkonstitusi suatu bidang pengalaman baru, tahapan sejarah, dan tipe masyarakat yang baru adalah sebuah penjelasan tentang fenomena pada dunia hiburan kita sekarang dimana terjadi homogenitas dalam menilai ketampanan seorang pria.
Lewat Super Junior, agen bakat dan label rekman SM Entertainment (SM Entertainment) membentuk sebuah hyper-reality dalam masyarakat dan hiper-realitas itu bisa ditemukan di Indonesia. Pihak SM Entertainment bisa dikatakan pandai membaca keadaan pasar. SM Entertainment mungkin telah mengetahui kemungkinan-kemungkinan konsumsi, kecenderungan selera orang, the power of sign, symbol, dan technology.
Menurut baudrilard, keadaan yang terjadi saat ini sudah tidak memungkinkan lagi untuk masyarakat keluar dari kapitalisme seperti yang menjadi harapan Marx dan kini menurut baudrillard, dunia sudah dipenuhi dengan konsumsi dan simbol-simbol. Konsumsi kini disadari dilakukan bukan semata-mata karena kebutuhan dan kegiatan diproduksi bukan semata-mata untuk menghasilkan kebutuhan dasar namun untuk salah satunya untuk meningkatkan kebanggaan simbolik. Misalnya orang akan merasa bangga saat bercerita kalau dirinya telah menonton konser Super Junior live di Singapura daripada bercerita telah menonton lewat internet.
Terjadi transformasi dari mode of production ke mode of consumption. Transformasi tersebut adalah bentuk pergeseran dari use-value dan exchange-value nya Marx ke arah dominasi nilai tanda dan nilai simbol. menonton konser Super Junior, atau membeli souvenir atau photo book nya bukanlah sebuah kebutuhan dasar manusia. Jika dipikir lagi untuk apa membeli barang barang seperti itu, dan apa kegunaannya? Tetapi karena telah terjadi transformasi menjadi mode of consumption dan bukan lagi mode of production, seorang elf rela mengeluarkan uang berjuta-juta rupiah demi memuaskan konsumsi matanya, konsumsi telinga, dan konsumsi prestigenya.
Media massa dan informasi sekarang ini, yakni media massa dalam masyarakat yang disebut baudrillard dengan consumer society, tidak lagi menjadi sarana komunikasi utuh tetapi menjadi sarana representasi makna dari simbol simbol (signs) yang merupakan produk kapitalis dengan tujuan menggiring publik kepada hiper-realita dalam sebuah simulacrum. Misalnya, di tv jarang sekali ada tayangan tayangan yang menayangkan performance dari Super Junior tetapi mengapa pengaruh Korean wave terutama Super Junior begitu besar di Indonesia. Hal itu terjadi karena media media lain misalnya internet yang gencar menayangkan symbol symbol dari dunia hiburan korea atau symbol symbol yang khas dari Super Junior, misalnya avatar personil Super Junior, foto foto mereka yang bertebaran di Internet, iklan iklan yang tersebar di mana mana bahkan sampai segala jenis video dari mulai video cuplikan acara yang mereka hadiri/bintangi, sampai video video buatan fans tentang mereka.
Allegori simulasi yang indah seperti ketampanan Super Junior telah melingkari dan mengikat kesadaran dan pikiran kita para penikmat hiburan. Tidak jarang karena banyaknya boyband korea yang diperkenalkakn dan dicitrakan agar digemari public, serta banyaknya actor actor tampan yang membintangi drama korea yang banyak ditayangkan di tv, membuat banyak orang berfikir “orang korea itu ganteng-ganteng ya!” . Dalam kenyataannya, mungkin tidak seperti itu (semua orang korea ganteng). Drama korea di tv, boyband, termasuk kedalamnya Super Junior merupakan sebuah simulacra, model simulasi yang dibentuk dan dicitrakan sedemikian rupa, bercampur dengan kebenaran yang benar benar nyata sehingga sulit untuk dibedakan mana yang realitas dan mana yang realitas buatan. Keadaan seperti itu disebut oleh baudrillard sebagai hyperreality atau realitas yang berlebih.
SM Entertainment mengadakan sebuah audisi bakat untuk proyeknya yakni Super Junior, sebuah Boyband dengan citra tampan, ceria, hangat, dan bertalenta.
Audisi yang dilakukan menghasilkan 13 pemuda yang sekarang tergabung dalam Super Junior. Syarat utama yang diajukan SM Entertainment saat audisi adalah pemuda yang bertalenta, minimal bisa bernyanyi dan menari. Syarat selanjutnya merujuk pada pencitraan yang dilakukan SM Entertainment adalah para pemuda bertalenta yang berwajah tampan. SM Entertainment membuat sebuah simulasi ketampanan lewat Super Junior. Jika diperhatikan, terdapat kemiripan pada wajah ketigabelas personilnya, yakni hidung mancung, baby face, kulit putih besih, bentuk wajah yang segitiga/lonjong, dan badan proporsional.
Untuk membuat simulasi tersebut, SM Entertainment melakukan “penyempurnaan” kepada wajah ketigabelas personil Super Junior, yakni dengan melakukan operasi plastik. Disebut simulasi karena masih bisa dibedakan, apalagi dengan melihat foto personil sebelum operasi plastic sehingga masih mudah untuk dibedakan bagian wajah yang asli dan hasil operasi.
Selanjutnya SM Entertainment melakukan bimbingan dan pengembangan kepribadian untuk menciptakan citra sebagai kelompok pria yang ceria, hangat,dan bertalenta. Di Korea, bukanlah hal yang mudah untuk bisa menjadi seorang selebritis apalagi selebritis tenaar, pasti ada pengorbanan yang besar. Super Junior misalnya, setiap anggotanya harus mengikuti training dari SM Entertainment, rata rata selama 2-3 tahun bahkan ada yang sampai 5 tahun. Saat training, Super Junior diajarkan apa yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan sebagai selebritis dan dibentuk sesuai dengan pencitraan yang dikehendaki SM Entertainment.
Dengan pencitraan yang dibentuk SM Entertainment untuk Super Junior, SM Entertainment membantuk sebuah hiper-realitas dalam masyaarkat consumer. Setelah debut, terbukti Super Junior menyabet banyak penghargaan, artinya Super Junior berhasil untuk menjadi artis yang digemari masyarakat bahkan dalam tingkat asia. Masyarakat terutama penggemar Super Junior tidak terkecuali di Indonesia rata rata memiliki pendapat yang sama dimana mereka mengaku memberi dukungan dan mengidolakan Super Junior karena beberapa hal, yang pertama adalah ketampanan mereka dan kedua kepribadian dan talenta yang dimiliki.
SM Entertainment melakukan konstruksi lewat media, dari mulai cetak sampai Internet yang bisa menjangkau public di seluruh dunia. Dia mengkinstruksikan sebuah ketampanan ideal yang di citrakan dan direpresentasikan lewat Super Junior. SM Entertainment berhasil membuat banyak orang terutama penggemar Super Junior mengakui ketampanan dari personil Super Junior. Konstruksi tersebut mempengaruhi pendapat, kesadaran, dan penilaian dari pihak yang percaya pencitraan tersebut. Jika sebelum menonton konser/pertunjukan suju criteria pria tampan yang saya miliki adalah A, maka setelah menonton pertunjukan suju, bisa sekali, dua kali, ketiga kali, bahkan jika terus disuguhkan maka lama kelamaan saya akan kehilangan kesadaran dan criteria pria tampan menurut saya tidak lagi A, tapi berubah menjadi Super Junior.
Konsep ketampanan yang dibentuk oleh SM Entertainment dan dicitrakan kepada Super Junior merupakan simulacrum. Ciri simulacrum yakni di masyarakat sudah tidak bisa dibedakan lagi mana ketampanan yang sebenarnya mana ketampanan yang dikonstruksikan. Sebuah ketampanan tidak memiliki sejarah, pandangan orang menjadi sempit dan homogeny ketika mereka terpengaruh oleh sebuah pencitraan yang didukung lewat konstruksi dari media yang terus menyuguhkan sisi sisi tertentu dari Super Junior. saking sudah tidak bisa dibedakan lagi maka criteria ketampanan itu selalu mengikuti konstruksi dari media dan pra “pengontrol” dalam kapitalis. Misalnya criteria tampan tahun 70-an, atau saat jamannay boyband trio libels akan berbeda di jaman maraknya Boyband K-Pop seperti sekarang.
Rangkaian Konstruksi criteria sebuah ketampanan pria yang dilakukan lewat media terlihat dari beberapa reality show yang menampilkan Super Junior misalnya lewat reality show Exploration Human Body. Exploration Human Body (EHB) adalah sebuah variety shows yang menjawab berbagai pertanyaan tentang keunikan keunikan tubuh misalnya bagaimana caranya untuk mengurangi kepekaan pada indera pengecap, dll. Selama belasan episode, EHB mengeksplore fakta-fakta unik dalam tubuh manusia sambil juga mengeksplore pencitraan dari suju lewat tingkah tingkahnya. EHB episode Super Junior adalah sebuah variety show yang paling banyak ditonton sepanjang sejarah ehb bahkan penggemar yang di Indonesia pun bisa mengakses acara ini lewat internet.
Menurut Marx, Fetish atau pemujaan komoditi memiliki arti bahwa dalam proses produksi, barang-barang tidak diproduksi sebagai sarana memenuhi kebutuhan sehari-hari. Barang-barang produksi diberi nilai-nilai baru yang jauh dari nilai aslinya sebagai benda pakai dan bertransformasi menjadi komoditi. Komoditi tidak lain adalah barang produksi yang memiliki nilai-tukar. Komoditi menempati status istimewa dalam mode produksi (mode of production). Pencitraan terhadap Super Junior mungkin tidak akan begitu mempengaruhi kesadaran seseorang, jika intensitasnya untuk melihat performance Super Junior hanya sedikit atau sekali sekali.
Dalam ilmu Public Relation, pencitraan memiliki tujuan salah satunya agar public merubah perilakunya sesuai dengan yang diharapkan oleh sebuah perusahaan dengat kata lain merubah perilaku public menjadi favorable. Lewat pencitraan Super Junior, harapan SM Entertainment agar suju digemari oleh publiknya yakni remaja wanita yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, dll nampaknya tercapai. Fans-fans fanatic yang rela membeli berbagai photobook berharga ratusan ribu bahkan jutaan, harga tiket konser di luar negeri yang bisa menguras kantong orang tua mereka masing masing sudah mengindikasikan sebuah fetish atau pemujaan terhadap barang konsumsi demi sekedar kepuasan dan mendapat prestige atas kepemilikan pengalaman bisa menyaksikan ketampanan Super Junior lewat performance-nya langsung.
Dengan fetish public yang menggemari Super Junior, akan menyebabkan apa yang disebut sebagai alienasi total atau keterasingan total. Sekali mereka suka dan tersihir dengan ketampanan Super Junior, selanjutnya akan memuja Super Junior dan memilikir asa keingintahuan yang besar seputar apa yang sedang Super Junior lakukan, siapa yang dekat dengan mereka, mereka sedang dimana, dll yang sebenarnya masih banyak hal yang bisa diurusi dan lebih penitng untuk disimak misal masalah masalah social di Indonesia. Orientasi para penggemar Super Junior bukan lagi terletak pada musik tetapi pada apa yang dilakukan Super Junior dan pada ketampanannya. Karena menurut pengamat musik sendiri, kualitas vocal Super Junior belum menjadi sebuah ketertarikan khusus.
Pemujaan atau fetish terhadap Super Junior akan menimbulkan apa yang disebut marx sebagai reifikasi. Istilah singkat dari reifikasi adalah pematerian, maksudnya jika ada penilaian untuk sebuah kesuksesan, maka kesusksesan itu diukur dari apa yang dimiliki/objek tertentu . satu orang akan menjadi sorotan dan pusat perhatian ketika memiliki sebuah photobook Super Junior mahal yang harganya mencapai jutaan rupiah yang tentunya tidak bisa dimiliki anak lain. Populaaritas dalam kehidupan social dengan sendirinya akan naik dengan ia memiliki tiket konser Super Junior atau photobooknya.
Super Junior dalam simulacrum nya, menciptakan sebuah hyper-reality. Hyper-reality itu terletak pada konsep pria tampan yang dibentuk lewat simulacrum yang terdiri dari gabungan banyak simbol dan pencitraan atas Super Junior, misalnya dalam aspek fashion, penampakan fisik, dan lain lain.
Dampak dari simulacra konsep/criteria ganteng dengan representasinya yakni Super Junior membuat orang terutama penggemar kehilangan kesadaran akan sebuah konsep ketampanan. Selera mereka menjadi homogen atau sama. Selain itu mereka cenderung memiliki pandangan dan penilaian yang lebih sempit, misalnya jika melihat seorang pria maka pria tersebut akan dibandingkan dengan Super Junior. Sisi kritis akan berkurang bahkan cenderung hilang karena termakan oencitraan dan terjebak dalam hyper-reality tau realitas yang berlebih. Ketika kritis mengahruskan kita untuk tahu mengapa sesuatu itu dikatakan A, maka dengan memuja bahkan menjadikan ciri ciri ketampanan ala boyband layaknya Super Junior sifat kritis akan berkurang karena sesungguhnya hiper realita yang ditimbulkan/simulacra yang ada tidak memilikireferensi atau sejarah/asal usul yang jelas. Siapa yang bisa menjawab seperti apa idealnya pria yang tampan?
Menurutnya dalam masyarakat konsumer, dunia terbentuk dari hubungan berbagai tanda (sign) dan kode acak, tanpa referensi relasional yang jelas. Sebuah sign bukan lagi representasi dari realitas karena realitas itu dibentuk dan diatur sedemikian rupa jadi bukan realitas yang sebenarnya. Sign yang fakta digabung dengan yang semu lewat produksi citra (pencitraan) sehingga saling tumpang tindih dan bergabung menjadi satu kesatuan yang sulit lagi dibedakan mana yang nyata dan mana yang tidak nyata atau mana kenyataan yang benar sebenar benarnya. Realitas itu adalah realitas yang ada dan kita hidupi sekarang.
3. PENUTUP
Kriteria tampan yang ideal di masyarakat sudah memasuki fase hyper-reality karena simulacra atau tidak bisa lagi dibedakan mana criteria yang sebenarnya, mana criteria yang berasal dari pencitraan dan konstruksi media. Kebenaran atau realita yang ada di masyarakat sekarang, criteria tampan adalah mengikuti konstruksi media dan para “pengontrol” kapitalisme.
Super junior merupakan representasi dari sebuah konsep ketampanan yang ideal dari konstruksi dan pencitraan dai media. karena pencitraan dan konstruksi yang dilakukan terus menerus tersebut maka penilaian dan kesadaran akan criteria pria tampan menjadi sebuah homogenitas di benak public atau dengan kata lain selera orang menjadi sama. Pandangan dan cara orang menilai pun menjadi sempit karena berpatok kepada konstruksi media dengan representasinya Super Junior.
DAFTAR PUSTAKA
Kellner, Douglas, Baudrillard Reader, Cambridge, Blackwell, 1994
Kellner, Douglas, Jean Baudrillard, diunduh dari http://plato.stanford.edu/entries/baudrillard/, 2007
Pawlett, William, “Against Banality – The Object System, the Sign System and the Consumption System”, International Journal of Baudrillard Studies, Volume 5, Number 1 (January, 2008)
Kellner, Douflas, Baudrillard and the Art Conspiracy, diunduh dari http://gseis.ucla.edu/faculty/kellner/index.html
Baudrillard, Jean, Seduction (Terjemahan Brian Singer), New World Perspectives,1990
Baudrillard, Jean, Simulacra and Simulation (Terjemahan Sheila Faria Glaser), Michigan
Baudrillard, Jean, The Violance of The Global (Terjemahan Francois Debrix), diunduh dari http://www.ctheory.net/printer.asp?id=385
Baudrillard, Jean, Screened Out (Terjemahan Chris Turner), New York, Verso,2002
Witwer, Julia(ed.), Jean Baudrillard, Vital Illusion, New York, Columbia University Press, 2000
Lane, Richard J, Jean Baudrillard, New York, Routledge, 2001
Radike, Tectona(ed.), Teori-Teori Kritis: Menantang Pandangan Utama Studi Politik Internasional (Terjemahan Teguh Wahyu Utomo), Yogyakarta, BACA!, 2010
REFERENSI TAMBAHAN